Kecewa dengan melemahnya peran politik Melayu, KMM mendirikan Partai Kesatuan Melayu Malaya (PMKM) di Ipoh pada tanggal 17 Oktober 1945. Misi mereka tetap non kooperasi dan anti penjajahan. Pada Konggres I PMKM di Ipoh, 3 Desember 1945-yang sangat luar biasa dan sangat penting bagi sejarah Malaysia dan Indonesia-Konggres memutuskan bergabung dengan Indonesia dan bendera PMKM adalah Merah Putih.
Kemudian muncul gerakan Malayan Union (Malaya Bersatu), satu gagasan kolonial Inggris menghadapi gerakan kiri PMKM. Misinya membujuk elite feodal Malaya agar tetap di bawah kendali penjajahan Inggris. Gerakan kanan ini kemudian menjelma menjadi United Malays National Organization (UMNO), organisasi yang memilih gerakan lembut menghadapi Inggris.
Dalam PMKM terdapat unsur radikal kiri dan Islamis. Mereka beranggapan, demi perjuangan mengusir penjajah, perasaan perkauman dengan keturunan Cina dan India tidak dipermasalahkan. Bagi UMNO, perasaan perkauman menjadi penting agar daulat raja tetap eksis di tanah Melayu. Perbedaan lainnya dengan PMKM adalah UMNO melihat bergabung dengan Indonesia bukan jalan terbaik bebas dari penjajahan Inggris dan (ketika itu) menolak Merah Putih sebagai bendera partai sebagaimana bendera PMKM.
Untuk menghadapi gerakan kanan UMNO, pemimpin PMKM membentuk koalisi Pusat Tenaga Rakyat (Putera) gabungan berbagai organisasi nasionalis dan Islam, dimana PMKM berada didalamnya. Putera lalu mendirikan partai baru, Hizbul Muslimin. Akibat provokasi Inggris dan pihak kanan, Hizbul Muslimin tetap dianggap sebagai gerakan kiri radikal. Lima bulan setelah Hizbul Muslimin berdiri, tujuah pemimpinnya ditangkap Inggris dengan UU Keamanan Dalam Negeri.
Selanjutnya UMNO memang menjadi organisasi dominan berkat bimbingan Inggris dan dominasi pemimpin kanan Melayu. Persekutuan Tanah Melayu merdeka tanggal 31 Agustus 1957 dan lalu menjadi Malaysia dengan memasukkan Sabah dan Serawak (1963), lagi-lagi berkat Inggris.
Gerakan kiri pra UMNO menjadi "tidak penting" dalam sejarah pergeraan kebangsaan Malaysia. Gerakan nasionalis tidak lagi menjadi rujukan para elite politik Malaysia, seolah-olah bagian kelam pergerakan nasional rakyat Malaya.
Para pemimpin Malaysia sekarang tidak memiliki akses sejarah semacam itu karena dibesarkan dan dididik dalam wawasan kebangsaan dalam iklim koloni Inggris. Mungkin mereka tidak tahu proses penolakan dan penerimaan "Merah Putih" pada bendera UMNO sebagaimana juga "Merah Putih" pada bendera nasional Singapura (Zulhasril Nasir)
Kemudian muncul gerakan Malayan Union (Malaya Bersatu), satu gagasan kolonial Inggris menghadapi gerakan kiri PMKM. Misinya membujuk elite feodal Malaya agar tetap di bawah kendali penjajahan Inggris. Gerakan kanan ini kemudian menjelma menjadi United Malays National Organization (UMNO), organisasi yang memilih gerakan lembut menghadapi Inggris.
Dalam PMKM terdapat unsur radikal kiri dan Islamis. Mereka beranggapan, demi perjuangan mengusir penjajah, perasaan perkauman dengan keturunan Cina dan India tidak dipermasalahkan. Bagi UMNO, perasaan perkauman menjadi penting agar daulat raja tetap eksis di tanah Melayu. Perbedaan lainnya dengan PMKM adalah UMNO melihat bergabung dengan Indonesia bukan jalan terbaik bebas dari penjajahan Inggris dan (ketika itu) menolak Merah Putih sebagai bendera partai sebagaimana bendera PMKM.
Untuk menghadapi gerakan kanan UMNO, pemimpin PMKM membentuk koalisi Pusat Tenaga Rakyat (Putera) gabungan berbagai organisasi nasionalis dan Islam, dimana PMKM berada didalamnya. Putera lalu mendirikan partai baru, Hizbul Muslimin. Akibat provokasi Inggris dan pihak kanan, Hizbul Muslimin tetap dianggap sebagai gerakan kiri radikal. Lima bulan setelah Hizbul Muslimin berdiri, tujuah pemimpinnya ditangkap Inggris dengan UU Keamanan Dalam Negeri.
Selanjutnya UMNO memang menjadi organisasi dominan berkat bimbingan Inggris dan dominasi pemimpin kanan Melayu. Persekutuan Tanah Melayu merdeka tanggal 31 Agustus 1957 dan lalu menjadi Malaysia dengan memasukkan Sabah dan Serawak (1963), lagi-lagi berkat Inggris.
Gerakan kiri pra UMNO menjadi "tidak penting" dalam sejarah pergeraan kebangsaan Malaysia. Gerakan nasionalis tidak lagi menjadi rujukan para elite politik Malaysia, seolah-olah bagian kelam pergerakan nasional rakyat Malaya.
Para pemimpin Malaysia sekarang tidak memiliki akses sejarah semacam itu karena dibesarkan dan dididik dalam wawasan kebangsaan dalam iklim koloni Inggris. Mungkin mereka tidak tahu proses penolakan dan penerimaan "Merah Putih" pada bendera UMNO sebagaimana juga "Merah Putih" pada bendera nasional Singapura (Zulhasril Nasir)