Selasa, 31 Agustus 2010

DIBALIK PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI 1945 : NASKAH BERSEJARAH ITU TAK PERNAH DISIMPAN (1)

Tahun ini (2010), perayaan HUT Kemerdekaan RI terasa sedikit istimewa. Alasannya, perayaan HUT RI kali ini terjadi di bulan Ramadhan. Nuansa Ramadhan tersebut juga terjadi saat Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945 silam. Tidak hanya Ramadhan, peristiwa bersejarah untuk bangsa Indonesia itu juga diwarnai sejumlah kejadian yang jarang diangkat ke permukaan.
Hal yang mungkin belum banyak diketahui adalah pemilihan tanggal 17 menjadi hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peristiwa tanggal 17 tersebut terungkap saat Soekarno dan Moehammad Hatta diculik dan dibawa ke Rengasdengklok, sebuah kota kecil di Karawang, oleh sejumlah pemuda (Soekarni, Singgih, dan Yoesoef Koento), sehari sebelum Proklamasi.
Para pemuda itu mendesak Soekarno-Hatta segera mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia mengingat Jepang baru saja dihantam Bom Atom oleh Sekutu. Melalui perdebatan panjang, Soekarno akhirnya memberikan alasan mengapa ia menyiapkan tanggal 17 sebagai hari Proklamasi.
"Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di saigon (Vietnam), saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17,"katanya singkat. "Mengapa tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16 ?" tanya tokoh pemuda saat itu Soekarni.
"Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik,"jawab Soekarno.
"Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. Tanggal 17 besok hari Jum'at, hari Jum'at itu Jum'at Legi, Jum'at yang berbahagia, Jum'at suci. Al Qur'an diturunan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 Raka'at, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia," ujar Soekarno sebagaimana ditulis Lasmidjah Hardi (1984;61).
Menariknya, tanggal 17 Agustus menjadi semakin sakral buat Indonesia mengingat di tanggal tersebut sejumlah pencetus pilar Indonesia menutup mata. Pada tanggal itu, pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya, Wage Rudolf Soepratman, tutup usia, tepatnya 17 Agustus 1938 (sebagian sumber menyebut 1937). Di tanggal itu, pencetus ilmu Bahasa Indonesia, Herman Neubronner Van Der Tuuk, juga meninggal dunia, tepatnya 17 Agustus 1894.
Pada hari Jum'at, 17 Agustus 1945 sekitar pukul 10.00, saat bulan Ramadhan, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akhirnya diumumkan di rumah Bung Karno, jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Menariknya, dalam naskah asli itu tanggal pembuatan yang tertulis adalah 17-8-'05. Tahun '05 tersebut ternyata merujuk pada tahun Jepang, tepatnya 2605.