Rabu, 25 Februari 2009

PERJUANGAN BERSENJATA DAN DIPLOMASI DALAM RANGKA MENEGAKKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

Dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan atau sering disebut dengan Perang Kemerdekaan ( 1945 - 1949 ), bangsa Indonesia memakai dua strategi dalam menghadapi usaha Belanda yang hendak menguasai Indonesia, yaitu lewat perjuangan bersenjata dan diplomasi. Perjuangan bersenjata tokoh utamanya adalah Jendral Soedirman sedangkan perjuangan diplomasi tokohnya adalah Mr. Soetan Syahrir.
Kedua cara perjuangan ini dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI terbukti sangat efektif dan saling mengisi. Memang dalam perjalanannya kedua cara perjuangan tersebut kadang-kadang berhadapan dalam perbedaan yang tajam bahkan ekstrim. Sebagai contoh adalah saat terjadinya Agresi Militer Belanda II tanggal 19 desember 1945 di kota Yogyakarta terjadilah perbedaan pendapat yang cukup tajam antara Jendral Soedirman dan Presiden Soekarno. Jendral Soedirman menginginkan Presiden Soekarno mengungsi / turut bergerilya bersama TNI melawan Belanda tetapi Presiden Soekarno dan jajaran pemerintahannya tidak mau dan memilih untuk menyerah terhadap Belanda yang menduduki kota Yogyakarta. Presiden berpendapat, jika dirinya ikut bergerilya bersama TNI maka ia akan dianggap sebagai "Kombatan" sehingga Belanda boleh saja membunuhnya di medan perang walau dia adalah Presiden. Sedangkan jika menyerah kepada Belanda maka Presiden akan dilindungi oleh UU Perang artinya Belanda tidak dapat membunuh Presiden dan jajaran pemerintahan RI secara sewenang-wenang karena mereka kedudukannya adalah sebagai tahanan politik. Sementara kelompok militer menganggap tindakan Presiden tersebut sebagai tindakan yang menunjukkan kelemahan pimpinan RI. Contoh lain adalah terjadinya perbedaan yang tajam paska Perundingan Renville tahun 1948. Salah satu poin hasil perundingan Diplomasi Renville adalah perintah kepada TNI untuk mundur ke daerah-daerah yang dikuasai oleh RI. Sementara daerah dimana TNI masih berada akan diserahkan kepada Belanda. Timbul masalah karena pasukan TNI yang berada di tempat tersebut ternyata kedudukannya kuat bahkan Belanda sangat kewalahan menghadapinya. Contoh dari hal ini terjadi di Jawa Barat. Pasukan TNI yang masih berada di Jawa barat termasuk Divisi yang disegani belanda, yaitu Siliwangi diperintahkan untuk mundur ke Jawa Tengah / Yogyakarta yang masih merupakan daerah RI. Pasukan TNI dengan berat hati memenuhi perintah dari Pemerintah walaupun dengan berat hati. Divisi Siliwangi bahkan melakukan Long March yang legendaris ke Jawa Tengah sebagai wujud taat kepada perintah Pemerintah. Tetapi ada unsur TNI yang tidak patuh terhadap perintah tersebut dan menganggap perintah tersebut tidak harus ditaati karena menunjukkan kelemahan dalam perjuangan melawan Belanda. Unsur TNI dari kelompok laskar ini bahkan kemudian melakukan pemberontakan bersenjata dan tidak mengakui Pemerintah RI yang sah serta mendirikan negara tersendiri. Kasus Pemberontakan DI/TII yang berusaha untuk mendirikan negara tersendiri ,yaitu Negara islam Indonesia dengan pimpinannya S.M. Kartosoewirjo adalah contoh dari hal tersebut. Walaupun pemberontakan tersebut nantinya berhasil diatasi tetapi ini menunjukkan adanya perbedaan dalam menyikapi masalah antara kelompok perjuangan bersenjata dan diplomasi.
Walaupun dalam kenyataan kadang-kadang terjadi perbedaan pendapat yang tajam, perjuangan bersenjata dan perjuangan diplomasi saling bahu membahu dalam usahanya untuk menegakkan kedaulatan negara RI hasil Proklamasi 17 Agustus 1945. Dengan kata lain tidak dapat dikatakan bahwa hanya salah satu cara perjuangan tersebut yang paling berjasa, semuanya sangat berjasa. Hasil perjuangan bersenjata dan diplomasi adalah diakuinya Indonesia sebagai negara yang berdaulat sejajar dengan negara-negara lainnya. Dibawah ini adalah uraian singkat mengenai perjuangan bersenjata dan perjuangan diplomasi dalam rangka menegakkan kemerdekaan Indonesia.
1. Perjuanga
n Bersenjata
Diawali dengan usaha merebut senjata lalu meningkat kepada pengambilalihan kekuasaan sipil dan militer Jepang paska kekalahannya terhadap Sekutu tanggal 15 Agustus 1945. Contoh dari peristiwa tersebut adalah :
a. Di Banyumas, Jawa Tengah bulan September 1945 para pejuang Indonesia yang dipimpin
oleh Kolonel Soedirman melucuti senjata tentara Jepang tanpa pertumpahan darah.
b. Di Surabaya
, Jawa Timur tanggal 2 September 1945 para pejuang Indonesia berhasil
mengu
asai Markas Besar tentara Jepang dan melucuti senjata mereka.
c. Di Yogyakarta tanggal 7 Oktober 1945 Jepang menyerah kepada
rakyat d
alam Pertempuran di Kotabaru sehingga senjata mereka
dapat dilucuti.





Ketegangan RI - Jepang semakin meningkat ketika pada tanggal 10
September 1945 Panglima Tentara Jepang di Indonesia memberi pengumuman bahwa Indonesia akan diserahkan kepada Sekutu bukan kepada Pemerintah RI.

Bulan september
1945 Tentara Sekutu sebagai pihak pemenang Perang Dunia II mulai berdatangan ke Indonesia dengan misi utama menerima kekuasaan dari Tentara Jepang, melucuti Tentara Jepang dan mengembalikan mereka ke negaranya, membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu, menghimpun keterangan dan menuntut penjahat perang Jepang, dan menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada pemerintah sipil. Urutan kedatangan mereka adalah sebagai berikut :
a. Tanggal 8 September 1945, tujuh perwira Sekutu dibawah pimpinan Mayor A.G. Greenhalgh
mendarat di J
akarta dengan tujuan mempelajari dan melaporkan keadaan Indonesia
me
njelang kedatangan Sekutu ke Indonesia. Mereka dikirim oleh SEAC ( South East Asian
Command ) yang bermarkas di Singapura.
b. Tanggal 16 September 1945, Laksamana madya W.R. Patterson dan wakil Panglima SEAC
Lord Louis Mounba
tten mendarat di Jakarta. Ikut serta dalam rombongan ini Van Der Plas,
wakil kepala NICA.

c. Tanggal 24 Agustus 1945 terjadi "Civil Affairs Agreement" antara Belanda - Inggris yang
menyatakan bahwa Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaan atas nama Belanda yang
kemudian akan diserahkan kepada Belanda.
d. Tang
gal 29 September 1945, Pasukan Sekutu mendarat di Indonesia dengan nama AFNEI yang
dipim
pin oleh Jendral Sir Philip Christison

Kedatangan Sekutu pada awalnya disambut dengan baik oleh Pemerintah dan rakyat RI tetapi setelah diketahui bahwa mereka diboncengi oleh Belanda maka keadaan berubah menjadi sikap bermusuhan. Melihat kenyataan bahwa tugasnya di Indonesia tidak akan mungkin tanpa bantuan Pemerintah RI berhasil maka pimpinan Sekutu Jendral Sir Philip Christison kemudian mengakui RI secara de Facto

Jadi dalam mempertah
ankan kemerdekaan, RI kemudian berhadapan dengan Jepang, Sekutu, dan Belanda. Insiden pertempuran yang terjadi antara RI dengan ketiga pihak tersebut adalah :
1. Insi
den bendera di Hotel Yamato, Surabaya tanggal 19 September 1945 antara Indonesia dengan Belanda yang dipicu oleh penaikan bendera Belanda di Hotel tersebut oleh sekelompok orang Belanda

2. Pertempuran Lima Hari di semarang tanggal 15-20 Oktober antara Indonesia melawan Jepang yang dipicu oleh kesalah pahaman antara Indonesia - Jepang




3. Pertempuran Surabaya tanggal 10 November 1945 antara Indonesia melawan Sekutu yang dipicu oleh kematian pimpinan Sekutu Brigjen Mallaby yang berlanjut dengan ultimatum Sekutu kepada para Pemuda Indonesia untuk menyerah tanpa syarat. Ultimatun tidak diindahkan sehingga pecah pertempuran dahsyat yang sekarang diperingati sebagai "Hari Pahlawan" tiap tanggal 10 November



4. Pertempuran Ambarawa tanggal 21 November 1945 antara Indonesia melawan Sekutu yang dipicu oleh pembebasan secara sepihak yang dilakukan NICA Belanda terhadap interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa.







5. Pertempuran Medan Area tanggal 10 Desember 1945 antara Indonesia melawan Sekutu yang
dipicu oleh pendaratan NICA Belanda dan Sekutu di Medan, Sumatera Utara.

6. Pertempuran Bandung Lautan Api tanggal 23 Maret 1946 yang dipicu oleh tuntutan Sekutu supaya rakyat Bandung menyerahkan senjata yang mereka peroleh dari Jepang.





7. Pertempuran
Puputan Margarana, Bali tanggal 29 November 1946 antara pasukan Indonesia yang dipimpin oleh Letkol I Gusti Ngurah rai melawan Belanda dengan pemicu adalah penolakan I Gusti Ngurah Rai untuk mendirikan negara Indonesia Timur





8. Pertempuran teluk Cirebon, Jawa Barat tanggal 5 Januari 1947 antara Indonesia melawan
Belanda

9. Pertempuran 5 hari 5 malam di palembang, Sumatera selatan tanggal 1 Januari 1947 antara
Indonesia melawan belanda
10. Pertempuran Karawang - Bekasi tanggal 19 Desember 1947 antara Indonesia melawan
Belanda
11. Pertempur
an Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta antara Indonesia melawan belanda. Serangan Umum 1 Maret 1949 mempunyai tujuan yang sangat strategis, yaitu :
a. Ke dalam
1. Mendukung perju
angan diplomasi
2. menumbuhkan semangat perjuangan rakyat


b. ke luar
1. menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk
mengadakan penyerangan
2. mematahkan moral pasukan Belanda.

Berkat Serangan umum 1 Maret 1949 Belanda didesak oleh PBB / dunia internasional untuk
mengakhiri pendudukannya di Indonesia ( Bersambung )

Rabu, 18 Februari 2009

PENGAKUAN KEDAULATAN INDONESIA / RIS 27 DESEMBER 1949 OLEH BELANDA

Sebagai pelaksanaan Persetujuan Konferensi Meja Bundar yang ditandatangani di Den Haag, Belanda pada tanggal 2 November 1949, wakil tertinggi mahkota Belanda (dulunya disebut Gubernur Jendral) AHJ. Lovink menyerahkan tanggungjawab pemerintahan kepada Republik Indonesia Serikat yang diwakili oleh Menteri Pertahanan Sri Soeltan Hamengkoeboewono IX. Usia kemerdekan yang baru empat tahun dan pemerintahan yang masih balita ternyata tidak menyebabkan kita kalah dalam diplomasi melawan Belanda sebaliknya hasil diplomasi beberapa bulan oleh para pemimpin pemerintahan Indonesia dibawah pimpinan Wapres Drs. Moehammad hatta tersebut benar-benar luar biasa sehingga berhasil membuat Republik Indonesia diakui kedaulatannya (versi Indonesia, versi Belanda adalah penyerahan Kedaulatan) walau dengan nama Republik Indonesia serikat / RIS.


Republik Indonesia Serikat (RIS) merupakan suatu kesepakatan antara RI dan negara-negara bagian yang didirikan di daerah pendudukan Belanda. Kebijakan yang dirumuskan pimpinan RI ( Bung Karno dan Bung Hatta ) ketika berada dalam tahanan Belanda di Pulau Bangka setelah ibukota perjuangan RI, Yogyakarta, diduduki oleh Belanda pada tanggal 19 Desember 1949 dengan sebutan "Trase Baru" ingin merangkul para wakil "Negara-Negara Federal" itu dalam suatu front bersama menghadapi Belanda di Meja perundingan. Hasilnya adalah kesepakatan mendirikan RIS, karena Belanda hanya bersedia mengakui kedaulatan dan menyerahkan tanggungjawab pemerintahan kepada RIS.

Namun, pihak RI berhasil mendudukkan Ir. Soekarno sebgai Presiden RIS dan Drs. Moehammad Hatta sebagai Perdana Menteri. Kemenangan strategis yang berhasil dicapai dalam Konferensi Meja Bundar ( KMB ) ini adalah keputusan bahwa inti angkatan perang RIS adalah TNI. Dan tentara Belanda di Indonesia yang dikenal dengan nama KNIL dibubarkan dalam waktu enam bulan. Konsesi yang terpaksa diberikan pihak Indonesia adalah beberapa ikatan di bidang ekonomi/finansial dan pihak Belanda masih menguasai " Residensi" Irian Barat yang dinyatakan sebagai masalah sengketa. namun, dispakati bahwa masalah itu akan diselesaikan melalui perundingan dalam masa waktu satu tahun (kemudian ternyata, sengketa Irian Barat baru dapat diselesaikan setelah 12 tahun KMB berlalu).


Namun, segi-segi tidak begitu menguntungkan dari persetujuan KMB itu seperti tidak merupakan beban pada tanggal 27 Desember 1949. Yang penting, Belanda menyerahkan tanggungjawab pemerintahan kepada pihak Indonesia yang diwakili oleh tokoh populer pada waktu itu, yaitu Bung Soeltan Hamengkoeboewono IX.
Ia mengenakan seragam militer TNI dengan pangkat kehormatan Letnan Jendral. rakyat jakarta selama bertahun-tahun dibawah pemerintahan Belanda jarang melihat tokoh-tokoh TNI dalam seragam militer.
Pada hari itu mereka ikut bangga menyaksikan para perwira TNI ikut tampil seperti Letnan Kolonel Daan Yahya ( Gubernur Militer Jakarta Raya ) dan Kolonel Tahi Bonar Simatupang ( Pejabat Kepala Staf Angkatan
Perang RIS ).

Yang paling membanggakan bagi rakyat Jakarta adalah kehadiran Pasukan Batalyon Kala Hitam dari Divisi Siliwangi di depan Istana Merdeka dalam upacara penurunan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) dan dikibarkannya Sang Saka Merah Putih. Batalyon Kala Hitam dipimpin oleh Mayor Kemal Idris, tetapi kesatuan yang ikut upacara di samping pasukan Belanda dipimpin oleh Letnan Poniman (kemudian pernah menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan).




Pada saat yang bersamaan, tanggal 27 Desember 1949 itu, di istana Dam di Amsterdam, Belanda diselenggarakan serah terima (pihak Indonesia menyebutnya Pengakuan Kedaulatan) kedaulatan atas wilayah Indonesia, dulunya Hindia Belanda. Upacara khidmat itu dihadiri oleh oleh Ratu Belanda, Juliana dan RIS diwakili sebuah delegasi yang dipimpin oleh Perdana Menteri Moehammad Hatta.


Ia bertahun-tahun bermukim di negara Belanda sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Rotterdam. Ia pernah ditahan dan dibawa ke pengadilan karena dituduh sebagai aktivis Organisasi Perhimpunan Indonesia ( PI ) yang telah menimbulkan keonaran. Sudah pasti upacara 27 Desember 1949 itu merupakan pengalaman bahagia dan unik bagi Bung Hatta. Namun ketika seorang wartawan Belanda selesai upacara tersebut bertanya, bagaimana perasaannya, Bung Hatta menjawab, "Ah, biasa saja". Sungguh sebuah ung
kapan merendah dari diplomat ulung yang juga merupakan salah satu Proklamator kemerdekaan RI tersebut. Padahal dari peristiwa ini Indonesia kemudian diakui sebagai sebuah negara yang berdaulat sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah merdeka. Ia sudah bahagia dan tanpa pamrih memberikan sumbangsih tenaga dan pikiran bagi bangsa dan negaranya.


Menarik sekali pandangan kesejarahan Kolonel Tahi Bonar Simatupang yang hadir dalam upacara di Jakarta pada tanggal 27 Desember 1949 seperti dituliskannya dalam bukunya "Laporan Dari Banaran". Ia menulis " Syahdan pada tahun 1629 maka tibalah di tepi Kali Ciliwung balatentara Kerajaan Mataram yang telah memperoleh perintah dari Sultan Agung Hanyokrokusumo untuk mengusir penjajah Belanda dari Batavia, yakni kota yang didirikan Belanda pada tahun 1619 di tempat yang sebelumnya bernama Jayakarta. Daerah sekitar Kali Ciliwung itu dijadikan pangkalan oleh balatentaraMataram tadi untuk meancarkan serangan atas Batavia. Oleh sebab itulah daerah tersebut sampai sekarang masih terkenal dengan nama Mataraman ( Matraman ). Balatentara Sultan Agung tidak berhasil mengusir Belanda dari Batavia dan dari Batavia inilah Belanda meluaskan daerah kekuasaannya sehingga pada akhirnya seluruh tanah air Indonesia meringkuk dibawah penjajahan Belanda. Syahdan tigaratus dua puluh tahun kemudian, yakni pada tanggal 27 Desember 1949 sore, maka berangkatlah sebuah delegasi dari Gedung Proklamasi Pegangsaan Timur 56 Jakarta ( sekarang Jalan Proklamasi ) yang terletak di daerah Mataraman, ke "Paleis Rijswijk" untuk menghadiri upacara peresmian berakhirnya kekuasaan Belanda atas Indonesia. Sejak pengakuan kedaulatan, maka makna "Paleis Rijswijk" digantilah menjadi "Istana Merdeka". Kebetulan delegasi yang menghadiri upacara peresmian berakhirnya kekuasaan belanda atas Indonesia itu berada di bawah pimpinan Sri Soeltan Hamengkoeboewono IX dari Mataram, keturunan dari Sultan Agung Hanyokrokusumo".

*) Disadur dari tulisan wartawan senior Sabam Siagian di harian Kompas, 27 Desember 2004 dengan Judul "55 tahun lalu di Jakarta, serah Terima Tanggung Jawab Pemerintahan Dari Belanda Ke RIS )








Rabu, 11 Februari 2009


BERBAGAI UPACARA SLAMETAN DI JAWA

Di Pulau Jawa, khususnya daerah Yogyakarta dan sekitarnya, masih terdapat upacara tradisional Slametan yang hingga saat ini masih hidup dan berkembang. Upacara ini dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat jawa yang terus diuri-uri keberadaannya. Berbagai upacara Slametan yang masih dilakukan masyarakat Jawa itu antara lain :



1. Bersih Desa atau Merti deso
Tradisi ini biasanya dilakukan oleh para petani setelah selesai mengerjakan sawah atau setelah
selesai dipanen. Upacara ini biasanya dilaksanakan secara massal oleh masyarakat satu
dusun atau satu desa. Inti bersih desa adalah ucapan syukur kepada Tuhan atas rejeki yang telah diberikan. Upacara ini biasanya dilaksanakan di rumah Kepala Desa, Kepala Dusun, tokoh masyarakat setempat atau di balai Desa. Untuk upacara ini disediakan berbagai jenis makanan yang bahan mentahnya berasal dari hasil panenan para petani. Upacara Bersih Desa ini sering juga disebut Merti Desa atau Gumbregan atau Sedekah Bumi bagi masyarakat petani sawah atau sedekah laut untuk kalangan nelayan. Dalam upacara bersih desa ini sering dilaksanakan pertunjukan Wayang Kulit dengan lakon yang biasa dipentaskan adalah Sri Sadana atau Sri Kondur.

2. Wiwit
Upacara ini biasanya dilakukan oleh para petani yang akan memulai panen padi. Padi dianggap sebagai rahmat yang paling berharga dari Dewi Sri ( Dewi Padi / Pemberi Rejeki ). Upacara ini dimaksudkan untuk mengundang Dewi Sri guna meminta ijin, perlindungan dan keselamatan dalam memetik hasil panen. Upacara Wiwit ini juga sekaligus sebagai permohonan agar Dewi Sri berkenan untuk menjaga kelestarian padi.

3. Siraman Pusaka
Upacara ini biasanya dilakukan masyarakat di lingkungan Kraton dan merupakan tradisi yang dilakukan pada bulan Suro ( Muharram )

4. Tanggap Warsa
Upacara seperti ini biasanya dilakukan pada bulan Suro ( Muharram ), bulan pertama dalam tahun Jawa. Upacara ini intinya adalah menyambut tahun baru Jawa yang seringkali diselenggarakannya pergelaran wayang Kulit dengan lakon-lakon yang mengandung cerita-cerita tentang kelahiran dan kematian.

5. Saparan
Di berbagai daerah banyak dilakukan upacara Slametan yang dikenal dengan istilah Saparan. Di Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman rutin diadakan upacara seperti sebagai contoh. Upacara Saparan merupakan peninggalan dari penyelenggaraan upacara korban manusia, namin sekarang korban manusia yang disembelih sudah digantikan dengan tiruan manusia atau disebut Bekakak. Dalam upacara Saparan juga ada pembagian kue Apem seperti di Klaten ( Yaqowiyu ) dan di Wonokromo, Pleret, Bantul ( Rebo Pungkasan ).

6. Muludan
pada bulan Mulud, masyarakat Jawa biasa menggelar upacara Maulud atau Muludan. Upacara ini biasa dipusatkan di kraton sehingga disebut dengan upacara Hajat Dalem ( hajat Sultan ). pada masyarakat Jawa pantang mereka menyelenggarakan hajat seperti temanten, sunatan, dan lain-lain. Upacara Muludan di Kraton disertai dengan perayaan Sekaten, yaitu pesta yang diselenggarakan Sultan untuk rakyatnya. Pada tanggal 12 Maulud diadakanlah upacara Garebeg. Untuk memeriahkan upacara ini masyarakan akan datang ke Alun-Alun utara Kraton untuk ngalap berkah ( Mencari berkah )

7. Ngirim
Upacara ini sering juga dinamakan ziarah kubur yang dilaksanakan pada bulan Ruwah. enurut kepercayaan Jawa, pada bulan Ruwah ini arawah orang yang telah meninggal untuk menengok familinya yang masih hidup dan sebagai ucapan terima kasih familinya pergi ke makam untuk mendoakankannya. Pada saat ziarah kubur dinamakan Nyekar karena pada saat berziarah, keluarga akan membawa bunga ( Sekar ) untuk ditaburkan di makam. Bunga yang ditaburkanuntuk ngirim adalah bunga Telasih, Kenanga, Mawar, Melati, dan Kantil.

8. Nyadran
Biasa diselenggarakan pada bulan Ruwah serta diselenggarakan di tempat-tempat yang dianggap menjadi tempat tinggal para makhluk halus. Upacara Nyadran biasanya dimulai dengan membersihkan tempat-tempat yang dianggap wingit (angker) dan kemudian diberikan sesajian ( caos dahahar atau sajen ). Sesuai dengan arti istilah maka sajen-sajen yang dibuat biasanya berupa makanan-makanan atau benda-benda yang dianggap menjadi kegemaran paramakhluk-makhluk halus tersebut seperti rokok, nasii gurih, kinang, wedang kopi, dan lain-lain.

9. Slup-Slupan
Upacara atau Slametan yang diselenggarakan pada waktu akan menempati rumah baru. Dalam bahasa Jawa disebut ngeslupi omah dengan maksud adalah untuk meminta ijin pada penunggu tempat tersebut agar diperbolehkan menempati rumah baru dan mohon keselamatan keluarganya.

Selasa, 10 Februari 2009

PENGANTAR BLOG JASMERAH

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sampai detik ini hidayah dan inayah-Nya diberikan kepada kami sekeluarga sehingga kesehatan, kemampuan, kekuatan selalu diberikan kepada kami hamba-hamba-nya. semoga segala sesuatu yang berasal dari Allah SWT tersebut memberikan manfaat yang besar bagi kami dan sesama umat manusia. Amin.

Blog sederhana ini saya buat berangkat dari rasa keprihatinan terhadap bangsa besar ( Indonesia ) yang kurang menghargai sejarahnya. Presiden RI pertama Soekarno pernah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya karena dari mereka kita bisa mengambil berbagai sisi positif perjuangan mereka yang tanpa pamrih penuh dengan pengorbanan memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Dari para pahlawan tersebut kita dapat mengambil teladan yang sangat berguna bagi perjuangan untuk kemajuan bangsa Indonesia terutama teladan kerja keras dan pantang menyerah. Banyak jalan, gedung maupun monumen yang memakai nama para pahlawan tetapi bagi sebagian besar orang itu hanya dimaknai sebagai sekedar nama belaka tidak lebih tidak. Pahlawan bangsa ini yang diingat hanyalah namanya belaka bukan makna perjuangannya. Bung karno juga mengatakan kepada bangsa ini dengan ungkapannya yang sangat terkenal hingga sekarang, yaitu Jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jasmerah) karena dari sejarah kita dapat belajar banyak hal. Sejarah mempunyai beberapa kegunaan antara lain sebagai pendidikan dan introspeksi bagi kita. Sejarah tidak bermakna jika hanya dipandang sebagai sekedar peristiwa atau kejadian belaka. Sejarah menjadi bermakna jika manusia yang melakukannya bisa mengambil hikmah dari peristiwa yang terjadi guna instropeksi dan kebaikan bagi masa depan. Bangsa Amerika, Inggris, Perancis, Jepang, Cina dan bangsa-bangsa maju lainnya menjadi besar karena mereka tidak melupakan sejarahnya. Mereka mau belajar dengan sejarahnya sehingga tidak heran mereka akhirnya menjadi bangsa yang besar. Bangsa Indonesia kurang belajar dari sejarahnya sehingga peristiwa-peristiwa pahit yang pernah terjadi yang seharusnya tidak terulang lagi kembali lagi dan kembali lagi. Sudah seharusnya bangsa besar ini mau belajar dari sejarah masa lalunya supaya nantinya menjadi bangsa yang besar dan bermartabat.

Blog ini memuat berbagai tulisan mengenai sejarah baik sejarah dunia maupun sejarah Indonesia dengan harapan semoga membawa manfaat bagi yang membacanya dan kemudian diimplementasikan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kritik dan saran dari berbagai pihak dengan senang hati saya terima demi kebaikan Blog ini.

Wasalamu'alaikum Wr. Wb.