Para anggota Walisanga adalah orang-orang yang terpilih dan mendapatkan sebagian karomah Nabi Muhammad SAW, yaitu barokah. Merekalah peletak dasar syiar agama Islam di Jawa, sejak datangnya Maulana Malik Ibrahim pada tahun 1404 Masehi. Walisanga yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat itu selalu mengkonsolidasikan diri dan mengkoordinasikan segala kegiatan dakwah Islamiyahnya. Sehingga pada hakekatnya Walisanga adalah sebuah organisasi para wali yang keanggotaannya mengalami perubahan dan penggantian, tetapi tetap berjumlah sembilan orang. Dalam pelaksanaan dakwahnya menghadapi masyarakat Jawa yang berlatar belakang masyarakat plularistik dan beragam budayanya, yaitu budaya Hindu, Budha, Kejawen, animisme, dan dinamisme, maka diperlukan taktik dan strategi serta metode dakwah Islamiyahnya. Akibatnya terjadi perbedaan sikap dan cara dakwah yang berakhir dengan terbaginya dua cara dalam berdakwah, yaitu cara moderat dan cara konservatif.
Golongan moderat menuduh golongan konservatif sebagai ekstrem, tidak tahu situasi dan kondisi, tidak pandai-pandai membawa diri, tidak mengerti hikmah kebijaksanaan, dan masih banyak cercaan lainnya. Mereka dipimpin oleh Sunan Kalijaga, dengan didukung oleh Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Mereka ini disebut sebagai Santri Abangan, yakni golongan yang masih mentolerir kepada adat-istiadat dan kepercayaan lama, tidak tergesa-gesa merubah adat-istiadat lama, tetapi dipengaruhi sedikit demi sedikit, diarahkan secara bijaksana sebagai media dakwah. Rakyat diambil hatinya agar simpati, senang, mengerti, dan kemudian mencintai.
Tujuan kelompok Santri Abangan adalah ingin meng-Islam-kan orang Jawa secepat mungkin, dengan jalan agak kompromi atau dengan mengikuti arus tetapi tidak hanyut. Golongan konservatif yang dipimpin oleh Sunan Giri, dan didukung oleh Sunan Ampel dan Sunan Drajat, menuduh golongan moderat sebagai tidak konsekwen dalam menjalankan perintah agama Islam, ingin memalsukan agama Allah, berkompromi dengan kaum batil, mencampur yang haq dengan yang batil, Islam palsu, dan sebagainya. Golongan Konservatif dijuluki sebagai Santri Putihan, yaitu dalam masalah ibadah tidak kenal kompromi dengan adat-istiadat dan kepercayaan lama. Ibadah harus dilaksanakan secara murni dan konsekwen. Ibadah harus sesuai dengan aturan yang tersebut di dalam Al Qur'an dan Sunnah Rasul. Sunan Giri adalah seorang yang dalam ilmu Taukhid dan ilmu Fikihnya. Beliau sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan hukum, takut kalau tidak sesuai dengan ajaran Nabi. Tujuan kelompok Santri Putihan adalah menghindari terjadinya penyelewengan aturan Agama Islam.
Namun demikian kedua aliran itu tetap bersatu padu menjaga Ukhuwah Islamiyah, menjaga persatuan umat. Hal tersebut ditunjukkan dalam bergotong royong membangun Masjid Demak, membantu Raden Pattah mendirikan Kerajaan Islam Demak, dan meruntuhkan Kerajaan Majapahit setelah keturunan Raja Majapahit tidak lagi memimpin Kerajaan Majapahit karena ditundukkan oleh Raja Girindrawardhana dari Kerajaan Kediri. Prabu Brawijaya Kertabhumi, ayah Raden Pattah tewas dalam memberikan kesempatan kepada Sunan Giri dan Sunan Ampel menyiarakan agama Islam di wilayah Majapahit.. Setelah Sunan Ampel wafat pimpinan Walisanga digantikan oleh Sunan Giri, dan Sunan Giri bersikap tegas terhadap Majapahit. Raja Girindrawardhana yang telah merebut Majapahit, namun Girindrawardhana sudah didahului dikalahkan oleh Prabu Udhata dan tewas pada tahun 1498 Masehi.
Tetpi Prabu Udhata takut diserang oleh Sunan Giri yang saat itu dikenal sebagai pengusaha. Pesantren Giri, pimpinan Giri Kedhaton, yang memimpin pemerintahan para ulama. Apalagi bila bergabung dengan prajurit Demak untuk merebut kekuasaan pemerintahan yang menjadi hak Raden Pattah selaku putra Brawijaya Kertabhumi. Prabu Udhata bersekongkol dengan Portugis di Malaka pada tahun 1512 Masehi. Dan Demak menyerang Majapahit pada tahun 1517 Masehi, dan jatuhlah Majapahit, sehingga seluruh pusaka Majapahit jatuh ke tangan Raden Patah.
Golongan moderat menuduh golongan konservatif sebagai ekstrem, tidak tahu situasi dan kondisi, tidak pandai-pandai membawa diri, tidak mengerti hikmah kebijaksanaan, dan masih banyak cercaan lainnya. Mereka dipimpin oleh Sunan Kalijaga, dengan didukung oleh Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Mereka ini disebut sebagai Santri Abangan, yakni golongan yang masih mentolerir kepada adat-istiadat dan kepercayaan lama, tidak tergesa-gesa merubah adat-istiadat lama, tetapi dipengaruhi sedikit demi sedikit, diarahkan secara bijaksana sebagai media dakwah. Rakyat diambil hatinya agar simpati, senang, mengerti, dan kemudian mencintai.
Tujuan kelompok Santri Abangan adalah ingin meng-Islam-kan orang Jawa secepat mungkin, dengan jalan agak kompromi atau dengan mengikuti arus tetapi tidak hanyut. Golongan konservatif yang dipimpin oleh Sunan Giri, dan didukung oleh Sunan Ampel dan Sunan Drajat, menuduh golongan moderat sebagai tidak konsekwen dalam menjalankan perintah agama Islam, ingin memalsukan agama Allah, berkompromi dengan kaum batil, mencampur yang haq dengan yang batil, Islam palsu, dan sebagainya. Golongan Konservatif dijuluki sebagai Santri Putihan, yaitu dalam masalah ibadah tidak kenal kompromi dengan adat-istiadat dan kepercayaan lama. Ibadah harus dilaksanakan secara murni dan konsekwen. Ibadah harus sesuai dengan aturan yang tersebut di dalam Al Qur'an dan Sunnah Rasul. Sunan Giri adalah seorang yang dalam ilmu Taukhid dan ilmu Fikihnya. Beliau sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan hukum, takut kalau tidak sesuai dengan ajaran Nabi. Tujuan kelompok Santri Putihan adalah menghindari terjadinya penyelewengan aturan Agama Islam.
Namun demikian kedua aliran itu tetap bersatu padu menjaga Ukhuwah Islamiyah, menjaga persatuan umat. Hal tersebut ditunjukkan dalam bergotong royong membangun Masjid Demak, membantu Raden Pattah mendirikan Kerajaan Islam Demak, dan meruntuhkan Kerajaan Majapahit setelah keturunan Raja Majapahit tidak lagi memimpin Kerajaan Majapahit karena ditundukkan oleh Raja Girindrawardhana dari Kerajaan Kediri. Prabu Brawijaya Kertabhumi, ayah Raden Pattah tewas dalam memberikan kesempatan kepada Sunan Giri dan Sunan Ampel menyiarakan agama Islam di wilayah Majapahit.. Setelah Sunan Ampel wafat pimpinan Walisanga digantikan oleh Sunan Giri, dan Sunan Giri bersikap tegas terhadap Majapahit. Raja Girindrawardhana yang telah merebut Majapahit, namun Girindrawardhana sudah didahului dikalahkan oleh Prabu Udhata dan tewas pada tahun 1498 Masehi.
Tetpi Prabu Udhata takut diserang oleh Sunan Giri yang saat itu dikenal sebagai pengusaha. Pesantren Giri, pimpinan Giri Kedhaton, yang memimpin pemerintahan para ulama. Apalagi bila bergabung dengan prajurit Demak untuk merebut kekuasaan pemerintahan yang menjadi hak Raden Pattah selaku putra Brawijaya Kertabhumi. Prabu Udhata bersekongkol dengan Portugis di Malaka pada tahun 1512 Masehi. Dan Demak menyerang Majapahit pada tahun 1517 Masehi, dan jatuhlah Majapahit, sehingga seluruh pusaka Majapahit jatuh ke tangan Raden Patah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar