Kamis, 31 Desember 2009

BELAJAR DARI PERISTIWA MADIUN 18 SEPTEMBER 1948 (1)

Sebagaimana banyak peristiwa kontroversial lain dalam sejarah, ada sejumlah teori yang muncul mengenai Peristiwa Madiun. Dalam peristiwa yang terjadi pada bulan September 1948 itu setidaknya ada empat teori yang berlaku.
Pertama, teori yang mengatakan, dalam Peristiwa Madiun adalah PKI. Menurut teori ini, PKI (Partai Komunis Indopnesia) ingin merebut kekuasaan dari Pemerintah RI dengan cara menduduki kota Madiun. Sebagaimana yang terungkap dalam dokumen yang diedarkan kalangan Partai Murba, PKI melakukan kerjasama dengan FDR (Front Demokrasi Rakyat) untuk menjadikan Indonesia berpemerintahan Komunis. Di Madiun pula mereka membentuk "Soviet: atau sistem pemerintahan model komunis Rusia. Muso adalah pemimpin dari pemberontakan Madiun. Dengan tindakannya itu, dia dan kawan-kawannya dipandang telah "menusuk dari belakang" Republik yang sedang giat-giatnya melawan Belanda.
Kedua, teori yang mengatakan, pelaku utama Peristiwa Madiun adalah kabinet yang dipimpin oleh Wakil Presiden Drs. Moehammad Hatta. Pada pertengahan Februari 1948 kabinet Hatta bermaksud melakukan "Rasionalisasi" atau penciutan jumlah personil angkatan perang, antara lain guna mengurangi beban finansial "bayi" Republik. Dalam pelaksanannya program rasionalisasi ini dilakukan oleh divisi Siliwangi dan mendapat tentangan dari laskar-laskar rakyat, khususnya yang tergabung dalam Divisi Senopati yang berhaluan kiri dan berkedudukan di Solo. Laskar-laskar itu merasa telah ikut berjasa dalam revolusi, karena itu tidak mau didemobilisasi begitu saja. Mereka bermaksud melawan program Rasionalisasi. Dikatakan, dalam situasi demikia n Kabinet Hatta sengaja memprovokasi kerusuhan di Solo dan Madiun, supaya ada alasan untuk menyingkirkan golongan kiri.
Ketiga, teori yang mengatakan provokotarnya adalah Amerika Serikat (AS). Menurut teori ini, tanggal 21 Juli 1948 AS berinisiatif menyelenggarakan sebuah konferensi di Sarangan, Magetan, Jawa Timur. Dalam konferensi yang dihadiri oleh dua wakil AS. G. Hopkins dan Merle Cochran serta Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta, dihasilkanlan dokumen Red-Drive Proposal. Konon, menurut dokumen berisi rencana pembasmian "kaum merah" itu, yang mau dibasmi bukan hanya orang-orang Komunis tetapi setiap unsur masyarakat yang anti imperialis. Pemerintah RI diminta melakukan pembasmian itu dengan imbalan 56 juta Dollar. Sejak itu diadakanlah berbagai bentuk provokasi terhadap PKI dan FRD serta kelompok-kelompok kiri lainnya. Dengan demikian dalam pandangan teori ini Peristiwa Madiun tak lain adalah buah provokasi AS dalam usahanya membasmi kaum kiri dan unsur-unsur anti imperialis lainnya di Republik ini.
Keempat, teori yang mengatakan. "otak"-nyaa adalah Uni Sovyet (US). Menurut teori ini, tidak bisa disangkal bahwa Peristiwa Madiun merupakan hasil rekayasa US melalui apa yang disebut Moscow Pilot. Sebelum Agustus 1948, PKI tenang-tenang saja, tetapi setelah kedatangan Musi-yang selama 20 tahun tinggal di Rusia-pada bulan itu Partai Komunis itu menjadi amat agresif dan dalam waktu singkat berhasil merekrut banyak pengikut. Kementerian penerangan RI saat itu, misalnya, menuduh kedatangan Muso erat terkait rencana Moskwa untuk menguasai Asia Tenggara.

Minggu, 27 Desember 2009

MASJID AGUNG KERAJAAN ISLAM DEMAK ( 3 )

Masjid bagi orang Islam mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan di masyarakat karena merupakan tempat pertemuan orang-orang beriman dan sebagai lambang kesatuan jamaah. Dalam agama Islam lebih memajukan sifat sama rata dan menciptakan tata tertib dan ketentraman seraya menonjolkan kerukunan umat sehingga dengan cepat berhasil menarik perhatian masyarakat yang saat itu masih terkotak-kotak dalam kasta serta perbedaan hak dan kewajiban.
Dalam Masjid Demak terdapat "Maksurah" atau Kholwat dengan prasasti tahun 1287 Hijriah atau 1866 Masehi, yaitu tempat khusus untuk para jamaah yang akan berdoa secara khusus. Maksurah berupa bangunan kecil yang terisolasi dari lingkungan sekitar sehingga diharapkan agar jamaah bisa lebih berkonsentrasi dalam doa. Sarana tersebut mungkin hanya satu-satunya yang ada di Indonesia dan pada bagian dalamnya terukir ayat-ayat suci Al Qur'an dan tersusun indah dalam berbagai warna.
Pimpinan masjid, yaitu para imam atau sering juga disebut penghulu mendapat kehormatan tertinggi dalam kehidupan dimasyarakat. Menurut Hikayat hasanuddin disebutkan bahwa para Imam Masjid Demak sangat terhormat karena bertindak sebagai penasehat raja, ulama besar dan pimpinan para santri. Adapun mereka yang dimaksud, pertama adalah Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Kudus dan kedua, baru para pimpinan negara dan pembantu pimpinan ulama.
Masjid Demak dianggap sangat penting karena menjadi pusat penyebaran Islam selama abad ke XV, XVI sampai abad XVII. Meskipun Kerajaan Islam Demak telah surut disebabkan oleh perebutan kekuasaan, tetapi Masjid Demak tetap dihormati. Di kalangan rakyat jelata tertanam keyakinan bahwa sekian puluh kali berjamaah di Mesjid Demak memiliki nilai sama seperti ke Mekkah.
Waktu terus berjalan kekuasaan Kerajaan Islam Demak semakin tidak menentu dan akhirnya berpindah ke Pajang di daerah pedalaman, tetapi Masjid Agung Demak masih tegar dan tegak berdiri. Kini setiap hari ratusan bahkan pada saat-saat tertentu sampai mencapai ribuan jamaah yang datang berziarah ke Masjid Demak dan Masjid Kadilangu yang juga merupakan makam para wali yang besar jasanya dalam penyebaran agama Islam di bumi Nusantara ( Disadur dari tulisan J. Pamudi Suptandar)

Rabu, 23 Desember 2009

MASJID AGUNG KERAJAAN ISLAM DEMAK ( 2 )

Konon menurut cerita tutur atau legenda, disebutkan bahwa pembangunan Masjid Demak dikerjakan bersama oleh para Wali Songo hanya dalam waktu satu malam saja. Konstruksi bangunan atap didukung oleh empat tiang utama atau saka guru. Selanjutnya dikisahkan bahwa Sunan Kalijaga saat itu datang terlambat, sehingga tidak mempunyai waktu untuk membuat tiang utama sedang wali-wali yang sudah selesai dengan tugasnya masing-masing. Untuk mengejar ketinggalan tersebut dukumpulkanlah kayu-kayu tatal dan dengan mukjizat disusun dalam satu ikatan yang kuat dijadikan sebagai tiang utama maka selesailah bangunan masjid tepat pada waktunya. Selanjutnya Sunan kalijaga naik ke atas atap dan mengarahkan kiblat masjid tepat ke arah kiblat di Mekkah.
Pada pintu utama masjid terukir prasasti berbunyi "Naga Mulat Saliro Wani" yang bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi. Ukiran yang lain berupa makhluk semacam buaya dengan moncong yang runcing menggambarkan halilintar/bledeg yang berhasil ditangkap dan dipenjarakan di dalam masjid oleh Ki Ageng Sela, seorang tokoh legendaris yag kelak menurunkan raja-raja Mataram. Di bagian bawah pintu juga terukir jembangan bunga yang melambangkan perkawinan Prabu Kertapati raja Majapahit V dengan putri Campa. Mereka adalah orang tua Raden Patah, pendiri Kerajaan Islam Demak.
Pada Mighrab tertera candra sangkala berupa bulus yang mengartikan tahun pembuatan masjid dengan sebutan Sariro Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka atau 1479 Masehi sedang pada pintu utama bagian atas juga tertera angka tahun 1507, yaitu tanggal peresmian Masjid Agung oleh Sultan Trenggana, Maharaja Kesultanan Demak yang ketiga.
Peristiwa penting lain yang terjadi di Masjid Demak, yaitu pada tahun 1688 M dimana Sunan Amangkurat II dari Kerajaan Mataram Islam mengucapkan sumpah kesetiaan terhadap perjanjian dengan pihak Kompeni Belanda yang ditandatangani setelah kematian Kapten Tack di Kartasura. Masjid Demak yang dirintis pembangunannya oleh Raden Patah atas saran Sunan Bonang juga diakui oleh Sultan Amangkurat II sebagai pusaka negara yang tidak mungkin bisa dibawa ketempat pembuangannya di Srilanka. Sebagai lambang bahwa Kerajaan Demak adalah penerus dan pewaris Kerajaan Majapahit di dalam Masjid Demak bisa kita temukan lambang kerajaan "Surya Majapahit" berupa matahari dengan sinar kedelapan penjuru dunia. Di samping itu juga terdapat "Dampar Kencana" atau kursi tahta raja-raja Majapahit yang telah berubah fungsi menjadi mimbar untuk khotbah didalam Masjid. Masjid sebagai rumah Allah atapnya tersusun tiga yang memiliki arti Sakinah, Mawaddah, dan Warahmah. Pada puncak atap terpasang mahkota yang pada ujungnya tertulis huruf Arab yang menyerukan kebesaran Allah.
Di depan Masjid terdapat serambi besar dengan komponen bangunan yang dibawa dari Kraton Majapahit sebagai bukti bahwa kekuasan di Jawa telah berpindah dari Jawa Timur ke Jawa Tengah. Apabila benar ceritera seperti yang disebut dalam legenda maka di dalam Masjid Demak juga terdapat makam Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang yang dulu dihukum mati oleh para Wali karena tidak mau menghentikan ajarannya yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam.

Minggu, 06 Desember 2009

MASJID AGUNG KERAJAAN ISLAM DEMAK ( 1 )

Kota Demak merupakan ibukota kabupaten yang terletak 23 kilometer ke arah timur kota Semarang, Jawa Tengah. Konon menurut catatan Tome Perez yang berjudul Summa Oriental yang ditulis pada abad ke-15 antara Semarang dengan Demak dipisahkan Laut Muria. Dengan banyaknya sungai yang bermuara di laut tersebut menjadikan kedangkalan dan akhirnya terbentuk dataran luas. Sekarang dari Semarang ke Demak tidak lagi harus berlayar tetapi cukup dengan kendaraan mobil dan hanya membutuhkan waktu 20-30 menit saja.
Demak menjadi terkenal karena dalam sejarahnya, yaitu pada abad ke-15 - 16 pernah menjadi ibukota kerajaan Islam setelah berhasil merebut kekuasaan raja Majapahit pada tahun 1527 ditandai dengan Candra Sangkala "Sirna Ilang Kertaning Bhumi" yang berarti tahun 1400 Saka. Dalam peperangan tersebut, tentara Majapahit dipimpin oleh Raja Brawijaya V. Dalam hikayat Hasanuddin, disebutkan kepahlawanan Raja Demak dalam memimpin perang suci bagaikan Maulana Baghdad dan Waliyu'llahi. Kemenangan dalam peperangan tersebut berkat dukungan raja-raja daerah pesisir yang lebih dahulu memeluk Islam dan juga berkat siasat para Wali terutama Sunan Kudus, Sunan Bonang serta pemimpin-pemimpin ulama.
konon menurut tulisan De Graaf dan Pigeaud yang mendasarkan pada legenda dan sejarah diceritakan bahwa Brawijaya V mengirim putranya Raden Patah kepada Sunan Bonang di Ampeldenta untuk mempelajari agama Islam yang banyak dianut oleh rakyatnya. Setelah melalui waktu panjang, akhirnya Sunan Bonang menobatkan Raden Patah sebagai Raja Demak Bintoro dengan sebutan Senopati Jimbun Ngabdur Rachman Sayidin Panatagama. Dengan dukungan raja-raja pesisir yang telah beragama Islam, Raja Demak mengadakan perlawanan terhadap kekuasaan Majapahit yang dianggap masih kafir.
Setelah Kerajaan Majapahit jatuh, semua perabot dan harta benda kraton beserta simbol-simbol kenegaraan diboyong ke Demak, antara lain pendopo kraton yang kemudian dibangun kembali di Demak dan dijadikan sebagai serambi Masjid Demak. Kerajaan Demak terus berkembang dari Tuban, Pasuruan, Kediri, Banten bahkan sampai banjarmasin dan Palembang.
Adapun pendeklarasian Demak sebagai kerajaan Islam dilakukan oleh Sunan Gunung Jati sekembalinya dari naik Haji. gagasan untuk menobatkan raja Demak menjadi Sultan datang dari Sunan Gunung Jati yang diilhami oleh peristiwa saat di Mekkah sempat mengikuti internasionalisasi penaklukan kerajaan Mesir oleh Sultan Turki, yaitu Sultan Salim I Akbar dan menobatkan diri sebagai Khalifah. Setibanya Sunan Gunung Jati di Jawa langsung menuju Demak dan menganjurkan Raja Demak untuk bertingkah laku sebagai raja Islam dengan sebutan Sultan Ahmad Abdul Arifin dengan gelar maharaja. Pemberian gelar dengan nama Arab dianggap sahnya niat untuk menjadikan Demak sebagai Kerajaan Islam dengan diikuti penerapan hukum Fikh Islam. Jabatan-jabatan penting dalam penegakan syariat Islam diserahkan kepada para wali sehingga peran pemimpin agama semakin bertambah besar. Antara agama dengan negara tidak ada pemisahan bahkan agama dijadikan sebagai dasar haluan pemerintahan. Berbagai permasalahan negara menyangkut kehidupan, keyakinan di bidang mistik dan teologi Islam berpegang teguh pada hasil keputusan musyawarah para wali. Para wali penyebar dan pemimpin terkemuka agama berjumlah sembilan dengan sebutan Wali Songo yang dalam tiap musyawaratan tentang kebijakan negara dan perkembangan agama selalu dilakukan di Masjid. Fungsi Masjid sangat penting sehingga memiliki kedudukan sentral dalam pemerintahan dan agama sehingga diberi julukan sebagai Masjid Negara.