Selasa, 28 April 2009

PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA ( TULISAN KETIGA )

C. Asas Perhimpunan Indonesia Sebagai Manifesto Politik Pergerakan Nasional
Sejak awal abad ke-20 telah banyak pemuda Indonesia yang belajar di negeri Belanda. Pada tahun 1908 mereka mendirikan organisasi Indische Vereeniging di negeri Belanda. Kedatangan tokoh Tiga Serangkai (dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, Soewardi Soejaningrat, dan Dr. Douwes Dekker) yang dibuang ke negeri Belanda karena gerakannya dalam Indische Partij telah membuat warna, corak, dan misi Indische Vereniging menjadi lebih progresif dan berbau politik. Indische Vereeniging lalu mendirikan majalah Hindia Poetra dan melalui majalah tersebut para mahasiswa dapat menulis gagasan, ide-ide politik untuk dibaca kaum pergerakan di tanah air. Tahun 1922, Indische Vereniging diubah namanya menjadi Indonesische Vereeniging dengan tujuan dan gerakan yang sudah bersifat politis. Dalam perkembangan selanjutnya, Indonesische Vereeniging diubah namanya menjadi Perhimpunan Indonesia dan nama majalahnya diubah namanya menjadi Indonesia Merdeka. Perubahan nama tersebut dilakukan pada tahun 1924. Sedangkan tujuan Perhimpunan Indonesia dalam anggaran dasarnya dipertegas menjadi Indonesia Merdeka. Perhimpunan Indonesia dapat berperan aktif dalam pergerakan nasional di luar negeri dan dapat memberikan inspirasi serta dorongan moral kepada pergerakan nasional di dalam negeri. Di bawah pimpinan Moehammad Hatta, Perhimpunan Indonesia secara moral diakui sebagai front terdepan dalam pergerakan kebangsaan oleh PPPKI pimpinan Soekarno.

D. Gagasan Persatuan & Kesatuan dan Aktivitas Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia

1. PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia)
  • Didirikan oleh PNI pada bulan Desember 1927
  • Ketua Ir. Soekarno
  • Organisasi yang bergabung dalam PPPKI adalah PNI, Syarikat Islam, Boedi Oetomo, Kaoem Betawi, Soematra Bond, Indonesische Studie Club, dan Algemene Studie Club
  • Tujuan PPKI : Mencapai persamaan arah dari berbagai massa aksi kebangsaan yang berasal dari berbagai perkumpulan dan menghindari perselisihan antar anggota yang dapat merugikan perjuangan bangsa
  • PPPKI memiliki kelebihan tertentu, yaitu nasionalis dan bertahan lama (1927-1939)
2. Konggres Pemuda
  • Sejak tahun 1926 muncul berbagai organisasi pemuda yang bersifat nasional, yaitu antara lain : PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang berdiri di Jakarta tahun 1926 serta didirikan oleh mahasiswa STOVIA dan Rechtschoogeschool dengan tujuan menggalang persatuan dari seluruh organisasi pemuda dan membentuk aksi untuk mencapai Indonesia merdeka dan PI (Pemuda Indonesia) berdiri tanggal 15 Agustus 1926 yang merupakan wadah baru bagi para pemuda yang mempunyai jiwa kebangsaan. Asas dan tujuan PI adalah menanamkan dan mewujudkan persatuan seluruh Indonesia atas dasar kebangsaan menuju kearah terciptanya Indonesia Raya.
  • Segenap organisasi pemuda bersepakat mengadakan Konggres Pemuda, yaitu : Konggres Pemuda I (30 April - 2 Mei 1926) yang berlangsung di Jakarta serta dipelopori PPPI dan Konggres Pemuda II (26-28 Oktober 1928) yang juga berlangsung di Jakarta. Hasil Konggres Pemuda II adalah Sumpah Pemuda, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, dan Bendera Kebangsaan Merah Putih.
3. Parindra (Partai Indonesia Raya)
  • Didirikan pada tahun 1935
  • Pendiri dr. Soetomo
  • Merupakan gabungan dari PBI (Persatuan Bangsa Indonesia), Boedi Oetomo, dan Kaoem Betawi
  • Dalam perjuangannya bersifat kooperasi terhadap Belanda
  • Tujuan pendirian partai adalah mencapai Indonesia Raya
  • Gerakan partai yang terpenting adalah keluarnya Petisi Soetardjo yang diajukan kepada Pemerintah Kolonial Belanda tanggal 15 Juli 1936 dan berisi tuntutan pengakhiran kekuasaan Belanda di Indonesia. Petisi ini ditolak oleh Pemerintah Kolonial Belanda
4. Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia)
  • Didirikan di Jakarta pada tahun 1937
  • Pendiri Mr. Moehammad Yamin, Mr. Amir Syarifoedin, Mr. Sartono, dan Mr. Wilopo
  • Asas organisasi adalah kooperasi terhadap Belanda
  • Organisasi Gerindo bersifat nasional
5. MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia)
  • Didirikan pada tanggal 21 September 1937 di Surabaya
  • Pendiri adalah Haji Mas Mansoer (Moehammadijah) dan K.H. Wahab Chasboellah (Nahdhlatoel Oelama)
  • MIAI merupakan gabungan dari 13 organisasi Islam seperti Moehammadijah, Nahdhlatul Oelama, PSII, Al Irsyad, Partai Islam Indonesia, dan lain-lain
  • Pada awal berdirinya hanya bergerak di bidang keagamaan tetapi aklhirnya terjun di bidang politik dan menolak kolonialisme
  • MIAI mempunyai tugas menempatkan posisi yang layak bagi Islam dalam masyarakat Indonesia dan mengharmonisasikan Islam dengan kebutuhan perubahan jaman
  • Pada jaman pendudukan Jepang, MIAI dibubarkan dan digantikan organisasi Masyumi (Majelis Syoero Moeslimin Indonesia) sebagai satu-satunya organisasi yang boleh hidup pada masa penjajahan Jepang
6. BAPEPPI (Badan Perantaraan Partai-Partai Politik Indonesia) & GAPI (Gabungan Politik Indonesia)
  • BAPEPPI didirikan pada tahun 1938 sedangkan GAPI pada tahun 1939
  • Pada dasarnya kedua kelompok tersebut mempunyai tujuan yang sama dengan PPPKI
  • Pendirian organisasi atas dasar Petisi Soetardjo dari Parindra di Volksraad (Parlemen Hindia Belanda) yang menuntut kemerdekaan Indonesia ditolak mentah-mentah oleh Pemerintah Kolonial Belanda dan menjelang Perang Dunia II situasi internasional genting akibat meluasnya pengaruh Fasisme
  • Tujuan GAPI adalah kerjasama antar parpol tanpa mengurangi kebebasan partai
  • Kegiatan pokok GAPI adalah memperjuangkan agar Indonesia diberi Parlemen sejati
  • Tuntutan GAPI tersebut ditanggapi oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan membentuk suatu komisi yang dinamakan Komisi Visman yang dipimpin oleh Professor Visman. Tetapi hingga Jepang menjajah Indonesia hasil kerja komisi ini tidak jelas. Akibat dari hal tersebut kekecewaan bangsa Indonesia terhadap Belanda memuncak sehingga timbullah persepsi bahwa kemerdekaan harus diperjuangkan sendiri. Kekecewaan terhadap Pemerintah Kolonial Belanda membuat bangsa Indonesia tidak mau membantu Belanda dalam menghadapi Jepang yang berusaha menjajah Indonesia bahkan bangsa Indonesia menyambut Jepang dengan suka cita karena Jepang mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia adalah membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan bangsa Barat dan memberikan kemerdekaan di kemudian hari.

Kamis, 23 April 2009

PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA ( TULISAN KEDUA )

5. Gerakan Pemuda
Yang dianggap sebagai perkumpulan pemuda pertama di Indonesia adalah Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia) yang didirikan oleh Raden Satiman Wirjo Sandjojo, Kadarman, dan Sunardi pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta. Tujuan didirikannya Tri Koro Dharmo adalah mencapai Jawa raya dengan jalan persatuan antar pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Karena sifatnya yang Jawa sentris maka Tri Koro Dharmo kurang menarik bagi mereka yang tidak berbudaya Jawa. untuk menghindari perpecahan organisasi maka pada tahun 1918 dalam konggres-nya di Solo maka nama Tri Koro Dharmo diubah namanya menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) yang bertujuan untuk mendidik para anggotanya supaya kelak dapat memberikan tenaganya untuk pembangunan Jawa Raya dengan jalan mempererat persatuan, menambah pengetahuan, dan menambah rasa cinta kepada kebudayaan sendiri. Pada awalnya Jong Java tidak berpolitik tetapi dengan masuknya pengaruh Haji Agus Salim maka masuklah pengaruh politik di dalam tubuh Jong Java. Anggota Jong Java yang berpolitik lalu mendirikan Jong Islamieten Bond tahun 1924. Seiring dengan munculnya Jong Java di berbagai daerah muncullah berbagai organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan seperti :
a. Jong Sumatranen Bond
b. Jong Batak
c. Jong Ambon
d. Jong Celebes

e. Jong Borneo
f. Jong Minahasa

g. Timoress Verbond
h. Sekar Rukun, dan lain-lain


Di Jakarta dibentuklah organisasi pemuda bernama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) tahun 1918 dengan tokohnya Wongsonegoro. Di Bandung berdirilah Jong Indonesia yang nantinya berubah namanya menjadi pemuda Indonesia yang dimotori oleh Mr. Sartono, Ir. Soekarno, Ir. Anwari, dan Mr. Soenarjo.
Organisasi-organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan tersebut kemudian bersepakat untuk mengadakan Konggres Pemuda, yaitu :

1. Konggres Pemuda I (30 April - 2 Mei 1926 ) di Jakarta
  • Dipimpin oleh Thabrani
  • Tujuannya menanamkan semangat kerjasama antar perkumpulan pemuda (persatuan pemuda-pemuda Indonesia sebagai bangsa Indonesia)
  • Konggres Pemuda I mengalami kegagalan karena rasa kedaerahan yang masih kuat
2. Konggres Pemuda II ( 27 - 28 Oktober 1928 )
  • Dipelopori oleh PPPI
  • Konggres ini merupakan usaha untuk mempersatukan kembali para pemuda Indonesia
  • Konggres Pemuda II berhasil mencetuskan Sumpah Pemuda yang berisi pengakuan para pemuda akan satu Nusa, satu Bangsa, dan satu Bahasa Indonesia
  • Saat Konggres Pemuda II diperdengarkanlah Lagu Indonesia Raya secara instrumentalia oleh Wage Rudolf Soepratman sebagai lagu kebangsaan serta pengakuan bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan Indonesia.
Tahun 1930 dalam pertemuan di Solo, para pemuda membentuk organisasi pemuda dengan nama Indonesia Muda yang merupakan fusi atau peleburan organisasi-organisasi Pemuda.

6. PKI ( Part
ai Komunis Indonesia )
Berdiri pada tanggal 23 Mei 1920 yang merupakan gabungan organisasi Syarikat Islam Merah pimpinan Semaun dan ISDV (Ind
ische Social Demokratische Vereeniging, berdiri tahun 1914 di Semarang) pimpinan Hendrick Sneevliet (Pegawai Belanda yang berhaluan komunis serta aktif menyebarkan komunis di Indonesia bekerjasama dengan Semaun) dengan nama PKH (Partai Komunis Hindia). PKH dipimpin oleh :

  1. Ketua : Semaoen
  2. Wakil Ketua : Darsono
  3. Sekretaris : Bergsma
  4. Bendahara : Dekker
  5. Anggota : Baars dan Soegono
Asas perjuangan PKH adalah Sama Rata Sama Rasa dengan prinsip anti kolonialis dan kapitalis serta bersikap Revolusioner / radikal terhadap Pemerintah Kolonial Belanda. Beberapa tokoh belanda yang tidak menyetujui pendirian PKH lalu memisahkan diri dan membentuk ISDP (Indische Social Demokratische Party) yang dipimpin oleh F. Bahler. Pada tahun 1924, Partai Komunis Hindia (PKH) diubah namanya menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebelumnya pada tahun 1921, PKH menjadi anggota Komintern (Komunis Internasional) yang berpusat di Moskow, Rusia. Puncak kegiatan PKI pada periode pergerakan nasional adalah pemberontakan terhadap pemerintah Kolonial Belanda yang terkenal dengan nama "pemberontakan November 1926" di Jakarta yang disusul kemudian dengan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sementara pemberontakan di Sumatera Barat terjadi pada tahun 1927. pemberontakan PKI atau sebenarnya lebih tepat pemberontakan rakyat Indonesia tersebut gagal total sehingga pada tahun 1927 PKI diinyatakan sebagai organisasi terlarang sedangkan para pengikutnya ditangkap dan kemudian di penjarakan / dibuang sebagai pekerja paksa di daerah-daerah terpencil seperti Digul, Papua. Akibat kegagalan pemberontakan PKI maka Pemerintah Kolonial Belanda kemudian memperketat pengawasan dan mempersempit ruang gerak organisasi-organisasi pergerakan nasional yang sudah ada maupun yang baru lahir.

7. Taman Siswa
Berdiri pada
tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta dengan tokoh pendirinya adalah Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantoro (tokoh Indische Partij yang sudah pulang dari pembuangannya di Belanda). Taman Siswa adalah organisasi pergerakan nasional dalam bidang pendidikan dengan tujuan "Mewujudkan Masyarakat Yang Tata Tentrem Tertib Damai" / "mengembangkan Edukasi Kebudayaan" yang merupakan senjata ampuh dalam menghadapi dominasi Pemerintah Kolonial Belanda. Sekolah Taman Siswa dijadikan sebagai alat untuk menyampaikan paham ideologi, yaitu nasionalisme kebudayaan, menyampaikan perkembangan politik, dan juga digunakan untuk mendidik calon-calon pemimpin bangsa yang akan datang yang mempunyai wawasan kebangsaan luas. Dalam hal ini, sekolah merupakan alat untuk meninggikan derajat rakyat melalui pengajaran. Ki hajar Dewantoro merumuskan asas-asas pengajaran nasional selama masa pembuangannya di Belanda (1913-1919). Pola pendidikan / kepemimpinan yang dikembangkannya adalah "Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" (Di depan dapat memberikan contoh, di tengah dapat mendorong dan bekerjasama, dan di belakang dapat mendorong untuk maju ke depan). Sekolah-sekolah yang didirikan Taman Siswa adalah :
  1. Taman Indria
  2. Taman Muda
  3. Taman Dewasa
  4. Taman Madya
  5. Taman Guru
  6. Taman Prasarjana
  7. Taman Sarjana Wiyata
Taman Siswa berkembang dengan pesat karena sifatnya yang merakyat. Perkembangan yang pesat tersebut menyebabkan Pemerintah Kolonial Belanda khawatir sehingga pada tahun 1932 dikeluarkanlah UU Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonantie). Dengan undang-undang tersebut maka Taman Siswa harus bubar karena sekolah yang boleh berdiri sekolah-sekolah yang didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Undang-undang tersebut menimbulkan perlawanan kaum pergerakan nasional karena dianggap sangat merugikan. Mereka lalu berdiri di belakang Taman Siswa. Pemerintah Kolonial Belanda akhirnya mencabut undang-undang tersebut pada tahun 1932 karena membuat situasi Hindia Belanda / Indonesia tidak kondusif. Taman Siswa diijinkan terus berkiprah di bidangnya dan perguruan atau organisasi ini hingga sekarang masih eksis serta meneruskan perjuangan pendirinya Ki Hajar Dewantoro. Atas jasa-jasanya yang luar biasa, Pemerintah RI menetapkan tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantoro, yaitu tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional sedangkan asas pendidikan Tut Wuri Handayani sebagai semboyan Departemen Pendidikan Nasional.

8. Gerakan Wanita
Tokoh dan perintis gerakan wanita Indonesia adalah Raden Ajeng Kartini (1879-1904). Tanggal lahirnya 21 April diperingati bangsa Indonesia khususnya kaum wanita sebagai Hari Kartini. R.A. kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah 21 April 1879. Ketokohan R.A. Kartini tampak melalui cita-citanya untuk kaum wanita Indonesia yang tertulis dalam surat-surat yang ditulis kepada sahabat-sahabatnya di Belanda terutama Mrs. Abendanon. Surat-surat R.A. Kartini tersebut kemudian diterbitkan Mrs. Abendanon tahun 1911 (Tujuh tahun setelah wafatnya R.A. Kartini) dengan judul "Door Duisternis Tot Licht" (Habis Gelap Terbitlah Terang). Tahun 1982, Ny. Soelastin Soetrisno menterjemahkan surat-surat Kartini tersebut lalu diberi nama "Surat-Surat Kartini". Kegiatan R.A. Kartini dalam memperjuangkan pemberdayaan wanita berupa tuntutan emansipasi (persamaan hak) antara pria dan wanita sesuai kodratnya terutama di bidang pendidikan dan perkawinan. Untuk itu R.A. Kartini kemudian mendirikan "Sekolah Kartini" di Rembang, Jawa tengah untuk mendidik para wanita setempat. Selain R.A. kartini, bangsa Indonesia mempunyai banyak tokoh-tokoh gerakan wanita antara lain :
  1. Dewi Sartika (Pelopor gerakan wanita di Jawa Barat). Ia mendirikan Sekolah dengan nama Sekolah Keutamaan Istri
  2. Maria Walanda Maramis (Pelopor Gerakan Wanita di Minahasa, Sulawesi Utara). ia mendirikan organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya).
  3. Soewarni Jayasepoetra (Pelopor gerakan wanita di Bandung, Jawa Barat). Mendirikan organisasi wanita Istri Sedar yang bergerak di bidang politik dengan tujuan mencapai Indonesia Merdeka.
  4. Maria Oelfah dan Ibu Soenarjo Mangoenpoespito. Pendiri organisasi istri Indonesia dengan tujuan mencapai Indonesia Raya.
  5. Nyi Hajar Dewantoro (Istri Ki Hajar Dewantoro, aktif di Taman Siswa)
  6. Ibu Ahmad Dahlan (Istri pendiri Moehammadijah Haji Ahmad Dahlan, aktif di organisasi wanita dibawah Moehammadijah Aisyah), dan lain-lain
Selain munculnya berbagai tokoh gerakan wanita, muncul pula organisasi-organisasi wanita, yaitu antara lain :
  1. Kartini Fonds (Semarang)
  2. Putri Merdika (Jakarta)
  3. Wanita Roekoen Sentosa (Malang)
  4. Majoe Kemoeliaan (Bandung)
  5. Boedi Wanita (Solo)
  6. Kerajinan Amal Setia (Koto Gadang, Sumatera Barat)
  7. Serikat Kaum Ibu Sumatera (Bukit Tinggi, Sumatera Barat
  8. Ina Tuni (Ambon, Maluku)
  9. Gorontalosche Mohammedaansche Vrouwen Vereniging (Sulawesi Utara)
Bila ditelusuri perkembangan gerakan wanita Indonesia terbagi dalam beberapa tahapan, yaitu : a. Tahap Pertama (Masa Feodal) b. Tahap Kedua (Masa Pergerakan Nasional) c. Tahap Ketiga (Masa Persatuan Gerakan Wanita)

9. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung dengan nama awal Perserikatan Nasional Indonesia. Pada tahun 1928 nama organisasi diubah menjadi Partai Nasional Indonesia. Pendiri PNI adalah kaum intelektual yang tergabung dalam Aglemene Studie Club, yaitu Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, Ir. Anwari, Mr. Sartono, Mr. Boediarto. dr. Sanoesi, Mr. Iskaq Tjokrohadisoerjo, dan Mr. Soenarjo.
PNI mempunyai 3 (Tiga) asas, yaitu :
  1. Self Help (Menolong diri sendiri)
  2. Non Kooperasi (Tidak mengadakan kerjasama dengan Pemerintah Kolonial Belanda)
  3. Marhaenisme (Pengerahan massa rakyat tertindas yang hidup dalam kemiskinan di tanah yang kaya raya)
Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka dengan kekuatan sendiri. PNI bersifat terbuka sehingga keanggotaannya cepat berkembang. Cabang-cabang PNI terdapat di seluruh Hindia-Belanda. Kelompok nasionalis revolusioner dapat ditampung di dalam PNI. Pada tahun 1927, PNI memprakarsai berdirinya PPPKI (Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia). Badan ini merupakan sebuah badan koordinasi dari bermacam aliran untuk menggalang kesatuan aksi melawan imperialisme atau penjajahan. Kemajuan yang dicapai PNI dalam menyadarkan rakyat Indonesia akan pentingnya kemerdekaan dan sikapnya yang non kooperasi menimbulkan kecemasan pihak Belanda. Pemerintah Kolonial Belanda memberikan ancaman terhadap PNI untuk menghentikan kegiatannya serta mengawasi dengan ketat gerak-gerik para pemimpin PNI terutama terhadap Ir. Soekarno. Ir. Soekarno bahkan dilarang untuk pergi ke luar Jawa. Karena desas-desus bahwa PNI akan melakukan pemberontakan maka pada tahun 1929 dilakukan penangkapan atas tokoh-tokoh PNI, yaitu Ir. Soekarno, Maskoen Soemodiredjo, Gatot Mangkoeprodjo, dan Soepriadinata. Mereka disalahkan melanggar pasal 153 bis dan 169 KUHP, dianggap mengganggu ketertiban umum, dan menentang kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda. dalam persidangan para tokoh PNI di Bandung, Ir. Soekarno membacakan pembelaannya yang terkenal, yaitu "Indonesia Menggugat". Pembelaan tersebut menelanjangi Pemerintah Kolonial Belanda dengan berbagai kebijaksanaannya yang merugikan rakyat Indonesia. Walaupun pembelaannya hebat tetapi Ir. Soekarno tetap ditahan oleh Pemerintah Kolonial Belanda di Penjara Soekamiskin, Bandung. PNI kemudian dinyatakan sebagai partai/organisasi terlarang oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tanggal 17 April 1931. Sejak ditahannya tokoh-tokoh PNI maka timbul perbedaan pandangan dalam melanjutkan kegiatan PNI. Tanggal 25 April 1931 dalam konggres luar biasa PNI di Jakarta, Mr. Sartono mengambil keputusan untuk membubarkan PNI. Pembubaran PNI tersebut menimbulkan perpecahan di kalangan internal PNI sendiri sehingga berdirilah :
  1. Partindo (Partai Indonesia), yang didirikan oleh Mr. Sartono dan menekankan aksi massa dalam gerakan partai.
  2. PNI Baru (Pendidikan Nasional Baru), yang didirikan oleh Drs. Moehammad Hatta, Mr. Soetan Syahrir, dan kawan-kawan dan menekankan pendidikan politik dalam gerakan partai.
10. Gerakan Buruh Gerakan Buruh tergabung dalam serikat-serikat buruh. Adapun tujuan dibentuknya serikat kerja adalah sebagai berikut :
  1. Memelihara dan memperbaiki syarat perburuhan dengan jalan mengatur hubungan kerja dengan pihak pengusaha
  2. Mengatur hubungan kerja antara pekerja dengan pemerintah tentang kepentingan kedua belah pihak
  3. Mengatur agar kaum pekerja sebagai golongan tersusun yang turut serta dalam pembangunan bangsanya
Secara garis besar Serikat Buruh dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
  1. Organisasi yang tergabung dalam ikatan pekerjaan. Anggotanya terdiri dari orang yang menjalankan pekerjaan yang sama seperti sopir, tukang, pekerja pabrik, dan lain-lain
  2. Serikat Buruh Umum (General Labour Union) yang anggotanya terdiri dari segala macam buruh tanpa memperhatikan jenis pekerjaan masing-masing. Biasanya buruh tersebut tidak terlatih, pendidikannya kurang sesuai dan hanya setengah trampil.
  3. Organisasi dalam ikatan industri/perusahaan/kantor (Industrial Union). Anggotanya terdiri dari kaum buruh yang bekerja pada perusahaan/industri/kantor baik yang terlatih maupun yang tidak terlatih.
Serikat Buruh pertama kali yang ada di Indonesia adalah yang didirikan oleh Perusahaan Belanda, yaitu VSTP (Vereeniging Spoor en Tramweg P (Persatuan Serikat Kerja ersoneel) yang didirikan pada tahun 1908 di Semarang. VSTP banyak mendapat pengaruh komunis sehingga dalam aksi-aksinya VSTP sangat berani melakukan tindakan yang revolusioner seperti pemogokan di Semarang, Madiun, dan Surabaya. Karena pemogokan tersebut maka pimpinan VSTP, yaitu Semaun ditangkap lalu dibuang ke Belanda sementara VSTP kemudian dibubarkan Pemerintah Kolonial Belanda. Sebagai gantinya pada tahun 1927 didirikanlah PPST (Perhimpunan Pegawai Spoor dan Trem) yang berhaluan non politik dan menjadi anggota federasi buruh angkutan internasional. Selain serikat buruh yang didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, terdapat juga serikat buruh yang didirikan oleh golongan politik kebangsaan pada tahun 1930 yang dikenal dengan nama Serikat Kerja Berpartai. Serikat Kerja Berpartai antara lain beranggotakan antara lain sebagai berikut :
  1. PSSI (Persatuan Serikat Kerja Indonesia) yang didirikan PBI/Indonesische Studie Club dipimpin Soewono dan Roeslan Wongsokoesoemo dengan tujuan memperbaiki nasib kaum buruh dengan tidak mencampuri urusan politik dan agama.
  2. PKBI (Perserikatan Kaum Buruh Indonesia) yang didirikan oleh PNI Baru/Partindo yang mempunyai tujuan memperbaiki nasib kaum buruh dan mengembangkan perasaan kebangsaan.
Sejalan dengan perkembangan gerakan kebangsaan Indonesia, Serikat Kerja Berpartai juga mengalami perkembangan. Dalam perkembangannya, diadakanlah konggres kaum buruh Indonesia. Kemudian berdirilah CPBI (Central Perkumpulan Buruh Indonesia) dengan asas perjuangan self help dan nasionalisme. Serikat Kerja Berpartai ini akhirnya juga dibubarkan Pemerintah Kolonial Belanda karena tindakannya yang dianggap menentang Pemerintah. Pada kurun waktu tahun 1940, usaha untuk mendirikan gabungan serikat pekerja tercapai, yaitu dengan berdirinya GASPI (Gabungan Serikat Pekerja Partikelir Indonesia). Dalam memperjuangkan nasib kaum buruh, GASPI mengambil sikap kooperasi (kerjasama) dengan Pemerintah Kolonial Belanda sampai dengan masa Pendudukan Jepang di Indonesia (1942). Beberapa organisasi buruh yang berdiri pada masa Pemerintah Kolonial Belanda selain VSTP, PPST, PSSI, dan PKBI adalah :
  1. SS Bond (Staats Spoor Bond), didirikan pada tahun 1905 dan merupakan serikat buruh perusahaan kereta api milik Pemerintah Kolonial Belanda.
  2. PFB (Personeel Fabriek Bond) yang merupakan serikat buruh pabrik. Organisasi ini digerakkan oleh Soerjopranoto untuk melakukan aksi mogok sehingga ia mendapat julukan raja pemogokan buruh.
  3. PVPN (Persatuan Vakboden Pegawai Negeri), merupakan serikat buruh pegawai negeri dibawah pimpinan Raden Panji Soeroso. Organisasi yang tergabung ke dalam PVPN adalah Serikat Guru dan Serikat Pegawai Kereta Api.

Sabtu, 18 April 2009

PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA ( TULISAN PERTAMA )

A. Latar Belakang lahirnya Pergerakan Nasional Indonesia
1. Faktor Dalam Negeri
a. Penderitaan bangsa Indonesia akibat penjajahan

b. Kenangan akan kejayaan masa lalu seperti kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Majapahit & Kerajaan Islam
c. Pengaruh pendidika
n akibat Politik Etis/Etika (Balas Budi) yang melahirkan kaum cendekiawan
d. Diskriminasi (
Membedakan warna kulit) yang dilakukan oleh Pemerintah Kolonial
e. Pax Neerlandica (Kesatuan Hindia Belanda) yang menimbulkan rasa senasib sepenanggungan
2. Faktor Luar Negeri
a. Kemenangan Jepang terhadap Rusia dalam Perang Jepang-Rusia tahun 1905
b. Pengaruh pergerakan kemerdekaan bangsa lain seperti Cina, India, Jepang, Turki, Philipina, dan lain-lain
c. Munculnya paham baru dr Eropa & Asia seperti Liberalisme, Nasionalisme, Sosialisme, Pan Islamisme
B. Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia Dalam
Menghadapi Kekuasaan Kolonial Belanda
1. Boedi Oetomo (BO)
Berdiri pada tanggal 20 Mei 1908 di Yogyakarta. Pendirinya adalah para mahasiswa STOVIA (Sekolah Kedokteran Jawa di Jakarta) yang dipelopori dr. Soetomo, dr. Wahidin Soedirohoesodo, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, dr. Goenawan Mangoenkoesoemo, dan lain-lain. Keanggotaan organisasi hanya meliputi suku Jawa dan Madura kemudian ditambah Bali karena dianggap mempunyai kebudayaan yang sama. Keanggotaan hanya meliputi kaum bangsawan/elit saja. Organisasi Boedi Oetomo ditetapkan sebagai organisasi modern pertama di Indonesia dan merupakan tonggak awal kebangkitan nasional Indonesia. Suatu keputusan politik pemerintah RI yang masih menimbulkan perdebatan di kalangan bangsa Indonesia karena organisasi ini sebenarnya mendukung penjajahan Belanda, tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, tidak nasionalis, ( anggotanya hanya orang Jawa, Madura, dan Bali), anti agama bahkan tidak ikut serta mengantarkan kemerdekaan Indonesia karena organisasi BO bubar pada tahun 1935. Pada awal berdirinya Boedi Oetomo bergerak di bidang pendidikan dan sosial budaya dan baru berpolitik pada tahun 1915. Boedi Oetomo dalam perjuangannya kemudian melebur dalam PPPKI (Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) selanjutnya melebur dalam PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) yang berubah namanya menjadi Parindra (Partai Indonesia Raya). Pada tahun 1935 Boedi Oetomo secara resmi dibubarkan.
2. Syarikat Islam (SI)
Berdiri di Solo, Jaw
a Tengah tanggal 16 Oktober 1905 dengan nama awal Syarikat Dagang Islam yang dipimpin/didirikan oleh Haji Samanhudi. Latar belakang berdirinya SDI adalah sebagai perlawanan terhadap golongan pedagang Cina yang memonopoli bahan batik sedangkan tujuan berdirinya adalah memajukan perdagangan Indonesia yang berdasarkan Islam. Karena keanggotaan Syarikat dagang Islam terbatas hanya para pedagang saja maka pada tanggal 10 September 1912 diubah namanya menjadi Syarikat islam (SI) dengan pimpinan Haji Oesman Said Tjokroaminoto (HOS Tjokroaminoto). Haluan perjuangan SI adalah anti imperialisme dan Kapitalisme. SI bersifat nasionalis, menentang penjajah Belanda dan mencita-citakan Indonesia merdeka sehingga sangat berbeda jauh dengan Boedi Oetomo. Walaupun demikian ternyata SI tidak dijadikan sebagai tonggak kebangkitan nasional tetapi jatuh kepada Boedi Oetomo yang tidak nasionalis. SI terbuka untuk umum dengan Islam sebagai landasan perjuangan organisasi. Perlawanan SI ditujukan terhadap semua bentuk penindasan ataupun ketidakseimbangan sosial. SI yang bersifat terbuka mendapat dukungan rakyat Indonesia sehingga dalam waktu singkat menjadi organisasi yang besar. Pemerintah Kolonial Belanda tidak memberikan ijin SI menjadi badan hukum karena mencurigai dan khawatir terhadap organisasi yang besar ini walaupun terhadap SI-SI lokal ijin diberikan dengan mudah.Keanggotaan SI yang bersifat terbuka membuat SI kemudian pecah. Dalam tubuh SI terdapat tiga aliran yang berbeda, yaitu :
1. Aliran yang berpegang teguh kepada agama Islam
2. Aliran yang lunak, evolusioner, dan kooperatif terhadap Pemerintah Kolonial Belanda
3. Aliran yang keras, revolusioner, dan non kooperatif
SI akhirnya pecah menjadi dua setelah diadakan konggres ke-4 tahun 1921 untuk disiplin partai dan mempertahankan keberadaan SI. Adapun dua organisasi itu adalah :
a. SI Putih
Dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto, Haji Agoes Salim, dan Abdoel Moeis dan tetap berpegang teguh kepada dasar-dasar ke-Islam-an sesuai cita-cita semula.
b. SI Merah
Dipimpin oleh Sema
un dan Tan Malaka dan berhaluan Marxis. SI Merah nantinya berubah nama menjadi PKI (Partai Komunis Indonesia).
Pada tahun 1923 nama CSI (Central Syarikat Islam) diubah namanya menjadi PSI (Partai Syarikat Islam) karena CSI dianggap menghalangi pertumbuhan gerakan SI. Sejak Konggres Yogyakarta tahun 1925 maka SI melaksanakan haluan non kooperasi tetapi tetap memperbolehkan anggotanya duduk dalam badan pemerintah dengan nama pribadi bukan organisasi. Dengan kemajuan pergerakan nasional maka tujuan SI semakin tegas yaitu "Mencapai Kemerdekaan Nasional Berdasarkan Agama Islam". SI masuk ke dalam PPPKI dan tahun 1929 namanya diubah lagi menjadi PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia).
3. Indische Partij (I
P)
Didirikan di Bandung
pada tanggal 25 Desember 1912 oleh Tiga Serangkai, yaitu dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantoro), dan dr. E.F.E. Douwes Dekker. Semboyan IP adalah Hindia for Hindia yang berarti Indonesia hanya diperuntukkan bagi orang yang menetap dan bertempat tinggal di Indonesia tanpa terkecuali. Tujuan IP adalah untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka. IP meruipakan partai politik pertama di Indonesia penentang politik Kolonialisme. Cita-cita IP banyak disebarkan melalui surat kabar De Express. Kemajuan IP sangat luar biasa sehingga dalam waktu singkat IP telah mempunyai 30 cabang. Hal tersebut mengkhawatirkan Pemerintah Kolonial Belanda sehingga permohonan IP untuk menjadi badan hukum tanggal 13 Maret 1913 ditolak. IP yang dengan tegas menyatakan diri sebagai partai politik dan mencita-citakan Indonesia merdeka dinyatakan sebagai partai terlarang oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Walaupun dinyatakan sebagai partai terlarang dalam prakteknya IP masih mengadakan propaganda untuk menyebarluaskan gagasannya contohnya tulisan Soewardi Soerjaningrat yang berjudul Als Ih Een Nederlander Was ( Seandainya Aku Seorang Belanda ) yang mengkritik perayaan kemerdekaan Belanda yang ke-100 dari penjajahan Perancis dengan menarik biaya dari masyarakat bumiputera yang masih dijajah Belanda dan kritik tajam E.F.E Douwes Dekker yang menyebutkan bahwa pemerintahan jajahan bukan pemerintahan tetapi kelaliman yang merupakan musuh kemakmuran rakyat yang paling berbahaya, lebih berbahaya daripada pemberontakan dan revolusi. Karena kegiatannya yang merugikan Pemerintah Kolonial Belanda maka pada bulan Agustus 1913 ketiga pemimpin Indische Partij dijatuhi hukuman buang ke negara Belanda. Dengan dibuangnya para tokoh IP maka kegiatan IP melemah. dalam perkembangannya IP berganti nama menjadi Partai Insulinde. Tahun 1919 Partai Insulinde berganti nama lagi menjadi Partai Nasional Indische Partij (NIP). NIP dalam perkembangannya hanya berpengaruh terhadap kalangan terpelajar dan kurang berpengaruh terhadap rakyat seperti halnya Indische Partij.
4. Moehammadijah ( Muhammadiyah )
Didirikan oleh Haji
Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern yang kiprahnya dipengaruhi oleh gerakan Wahabi di Arab Saudi yang bercita-cita untuk memurnikan Islam seperti pada jaman Nabi Muhammad SAW masih hidup atau dengan kata lain berusaha memberantas TBC ( Takhayul, Bid'ah, Churafat ) yang berkembang di dalam masyarakat Indonesia. Usaha Muhammadiyah ini nantinya mendapatkan perlawanan dari kelompok Islam tradisional yang tidak setuju dengan cara-cara Muhammadiyah memperjuangkan cita-citanya, yaitu dengan mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) yang berarti kebangkitan ulama pada tahun 1926. Selain kelompok Islam tradisional, kelompok nasionalis juga kurang simpati kepada Muhammadiyah karena organisasi ini tidak mau bergerak dalam bidang politik, mau menerima bantuan Belanda, dan mempermasalahkan kemodernan dan kekolotan pelaksanaan ajaran Agama Islam. Adapun tujuan didirikannya Muhammadiyah adalah :
a. Memberi pengertian tentang ilmu agama yang benar
b. Pengarahan hidup menurut ajaran Agama Islam
c. Memajukan pengajaran modern berdasarkan agama Islam
Tujuan Muhammadiyah diatas berusaha dicapai dengan cara mendirikan dan mengembangkan sekolah-sekolah berdasarkan Islam, mendirikan dan mengembangkan Masjid, dan mengembangkan ilmu agama. Muhammadiyah merupakan organisasi yang tidak bersifat politik tetapi lebih meninitikberatkan pada kegiatan pendidikan, sosial, dan keagamaan dan cara kerjanya meniru cara kerja Misi (Penyebar Kristen Protestan) dan Zending (Penyebar Kristen Katholik). Kegiatan Muhammadiyah yang sangat menonjol adalah :
1. Bidang Pengajaran
Memberantas buta huruf dan mendirikan sekolah-sekolah
2. Bidang Sosial Ekonomi
Mendirikan Bank Islam
3. Bidang Kesehatan
Mendirikan Rumah Sakit dengan nama PKO / PKU (Panti kesehatan Umat)
4. Bidang keagamaan
Menyingkirkan tradisi kuno yang bersifat Animisme dan Dinamisme untuk memurnikan agama Islam
Kegiatan Muhammadiyah juga sudah memperhatikan pendidikan wanita yang diberi nma Aisyiah dan kelompok pemudanya disebut Hisbul Wathon (HW) yang juga merupakan gerakan kepanduan. Organisasi Muhamamadiyah sampai sekarang masih eksis dan berkembang pesat sehingga memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Selasa, 07 April 2009

SERBUAN BANTEN KE BATAVIA

Konflik VOC dengan Banten makin mengental setelah Belanda mencaplok Jayakarta. Pada bulan Desember 1627, orang-orang Banten merencanakan pembunuhan terhadap Jan Pieters Zoon Coen. Beberapa orang Banten berpura-pura berdagang dengan VOC. Mereka sudah siap membunuh Gubernur Jendral VOC Belanda tersebut di jembatan setelah J.P Coen meninggalkan Kasteel Belanda. Pihak Banten membuat skenario, orang-orang Belanda akan panik setelah pimpinannya dibunuh. Kondisi tersebut merupakan kesempatan bagi tentara Banten untuk masuk dan merebut Batavia. Sayang siasat itu terlanjur bocor. J.P Coen telah diberitahu dan diperingatkan oleh orang-orang Cina yang menjadi sekutunya. Pihak Banten yang mengetahui bahwa siasat mereka telah bocor, menjadi marah. Mereka mengamuk dan membunuh beberapa orang Belanda.
Pada tahun 1633, VOC bertindak sewenang-wenang terhadap orang Banten yang berlayar dan berdagang ke kepulauan Maluku. Tentu saja, pihak Banten marah, sehingga pecah perang diantara mereka. Dimana saja kapal Banten dan VOC bertemu, mereka pasti bentrok. Di daerah Angke yang diduduki VOC, pasukan Banten sering melakukan penyerangan terhadap pos-pos Belanda. Bahkan mereka juga sering menyergap dan membunuh orang-orang Belanda. Bagi VOC, Banten merupakan musuh yang sangat memusingkan. Karena letak Banten yang dekat dengan Batavia, mereka jadi mudah menyerang kepentingan VOC. Lebih dari itu, kekuatan maritim Banten juga relatif lebih kuat ketimbang Mataram. Kapal-kapal Banten yang lebih kecil kerap menyulitkan armada VOC yang kapalnya besar-besar, karena kapal kecil lebih lincah bergerak.
Orang Banten adalah penganut Islam yang taat dan hubungan mereka dengan Mekkah sangat erat. Sementara itu, Belanda penganut Kristen, sehingga di mata warga Banten fanatik, orang Belanda dianggap kafir yang merusak kehidupan agama Islam. Hubungan antara Banten dan VOC semakin mendidih setelah Sultan Abdulfath Abdulfatah naik tahta. Di buku-buku sejarah, Sultan ini dikenal dengan sebutan Sultan Ageng Tirtayasa yang memerintah pada tahun 1650-1682.
Pada tahun 1658, pasukan Banten yang berjumlah 5 ribu orang menyerang Batavia di daerah Angke dan Tangerang dibawah pimpinan Raden Senopati Ingalaga, Haji Wangsareja, dan lain-lain. Kedatangan tentara Banten itu ternyata sudah diketahui oleh VOC, maklum mereka telah menyebar mata-mata di kalangan penduduk pribumi dan Cina. Maka terjadilah pertempuran seru antara Banten dan VOC. karena Belanda menggunakan meriam ukuran besar, mereka pun berhasil menggagalkan serangan musuh, dan Batavia tidak jatuh ke tangan Banten. ( U. Widyanto, Kompas ).

Rabu, 01 April 2009

SERBUAN PERTAMA MATARAM KE BATAVIA

Sultan Agung Hanyokrokusumo yang naik tahta Kerajaan Mataram Islam tahun 1613 bertekad melanjutkan cita-cita eyangnya, yaitu Panembahan Senopati. Eyangnya tersebut memang ingin mempersatukan tanah Jawa di bawah kekuasaan Mataram. Saat itu, hanya Batavia dan Banten yang masih lepas dari Mataram, sementara wilayah lain di Jawa sudah takluk kepada Mataram.
VOC yang tahu niatan Sultan Agung lantas berusaha mendekati raja Mataram terbesar tersebut. Utusan Belanda dikirim dengan membawa aneka hadiah, misalnya kuda dari Arab yang diakui kehebatannya oleh para Pangeran di Jawa. Namun Sultan Agung yang tahu akal bulus Kompeni Belanda semakin waspada.
Ia tahu betul bahwa VOC di Batavia jauh lebih berbahaya dari Kerajaan Banten. Maklum VOC saat itu memiliki Angkatan Laut dan kekuatan maritim yang kuat. Selain itu Sultan Agung tahu bahwa VOC sering menghasut adipati di daerah pesisir Jawa agar membangkang terhadap Mataram. Alhasil ia mengangap keberadaan Belanda di Batavia bak duri dalam daging bagi Mataram.
Tindakan pertama yang dilakukan Sultan Agung adalah melarang penjualan beras kepada VOC. Siapa yang membantah larangan tersebut akan dikenakan hukuman berat. Menyadari gawatnya situasi, pada tanggal 23 Agustus 1626 Belanda mengirim utusan yang dipimpin Sebald Wonderaer. Utusan itu ditolak oleh raja Mataram yang kemudian memerintahkan Tumenggung Baurekso dari Kendal untuk menutup seluruh pantai Kerajaan Mataram bagi orang-orang Belanda.
Pada tanggal 13 Agustus 1628 Mataram mengirim 14 perahu yang membawa beras ke Batavia, dipimpin oleh Kyai Rangga. Sembilan hari kemudian disusul 50 perahu yang membawa Sapi, Kelapa, dan Tebu dan dilanjutkan tukuh perahu lainnya. Kedatangan itu menimbulkan kecurigaan Belanda sehingga dilarangnya mendarat dan dibiarkan di luar Pabean.
Kekhawatiran Belanda beralasan karena dalam rombonan perahu tersebut bersembunyi sekitar 900 prajurit Mataram dan amunisi. Tanggal 26 Agustus 1628 tampak pasukan induk Mataram yang dipimpin oleh Tumenggung Baurekso, Bupati Tegal yang menaklukkan Sukadana di Kalimantan. Pasukan lainnya dipimpin oleh Tumenggung Sura Agul-Agul, Adipati Mandurarejo, dan Adipati Upasanta.
Pasukan VOC terang ketakutan karena jumlah tentara Mataram jauh lebih banyak. Mereka akhirnya berlindung di dalam benteng begitu juga sekutu VOC yang terdiri dari orang Cina dan Jepang yang menjadi penduduk Batavia. Tentara Mataram lalu mendirikan kemah-kemah di bagian timur dan tenggara kota, begitu juga di bagian selatan dan barat daya. Pada penyerangan pertama ini, tentara mataram belum membawa meriam.
Sejumlah siasat dilakukan tentara Mataram, misalnya dengan membendung sungai Ciliwung agar VOC kekurangan air. Cara ini dipakai Mataram ketika berhasil menundukkan Surabaya. Namun cara tersebut tidak berhasil diterapkan di Batavia. Tak ayal serangan pertama ini gagal untuk melumpuhkan VC. Mereka akhirnya kembali Ke Mataram.
Sejumlah analisa berkembang menyusul kegagalan Mataram. Ada yang menjelaskan bahwa serbuan Mataram tidak dilakukan tiba-tiba, sehingga diketahui lebih dahulu oleh VOC. Bukan apa-apa, Sultan Agung sebelumnya melarang penjualan beras dan merapatnya VOC di pesisir utara. Selain itu, kedatangan ratusan perahu yang membawa perbekalan juga sangat kentara sehingga Belanda sudah bisa memperkirakan akan adanya serbuan Mataram.
Jauhnya jarak Mataram dan Batavia juga mengurangi fisik tentara Mataram. Apalagi mereka harus menempuh rimba belantara dan kondisi Batavia yang dipenuhi rawa-rawa. Tak heran bila banyak prajurit Mataram yang sakit dan meninggal sebelum pertempuran dilakukan. Selain itu, kekuatan maritim kalah jauh dibandingkan dengan Belanda sehingga mereka gagal merebut Batavia.
Kukuhnya benteng Belanda di tepi Sungai Ciliwung juga menjadi pertahanan yang ampuh. Benteng itu dilindungi tembok lingkar yang tinggi dan cukup tebal dindingnya. Dibawahnya ada parit yang mengelilingi benteng tersebut. Tentara Mataram yang cuma membawa bedil dan senapan jelas tidak bisa menembus dinding benteng tersebut. Sementara Belanda dari balik benteng dengan enaknya menembakkan meriam atau senapannya ke pasukan Mataram yang mendekat ( U. Widyanto, Kompas ).