Rakyat Australia yang pernah merasakan menjadi koloni Inggris selama berabad-abad dapat merasakan penderitaan bangsa Indonesia. Terlebih perlakuan rasialis Belanda kepada masyarakat Indonesia saat berada di Australia terlihat sangat menyakitkan
Alhasil, pelbagai aksi pun dimulai dari pemboikotan kapal militer dan sipil Belanda, pesawat Belanda, unjuk rasa, pengumpulan dana, beroperasinya radio perjuangan dalam bahasa Arab, Melayu, dan Jawa di Australia.
Tak ketinggalan, pelaut Tionghoa, India, Vietnam, Malaya, Philipina, dan bangsa-bangsa Asia bergabung. Setidaknya, dalam setiap aksi pelaut Indonesia selalu terlihat bendera Tiongkok mendampingi Merah Putih.
Dukungan terbesar datang dari kaum Buruh, terutama Waterside Worker Federation (WWF) atau serikat pekerja tepi air. Tidak ketinggalan para cendekiawan dari Sydney University, tokoh Gereja Anglikan, hingga para mahasiswa turut serta menggalang aksi dukungan, bahkan unjuk rasa. Penangkapan aktivis dan pembubaran unjuk rasa dengan kekerasan sempat mereka alami demi mendukung kemerdekaan Indonesia. Pengumpulan dana dari masyarakat dan tanda tangan serikat buruh perkapalan berhasil mendapatkan dukungan satu setengah juta tanda tangan.
Bahkan, para prajurit Australia yang baru saja merebut Balikpapan dari tangan Jepang mengumpulkan petisi yang dikirim kembali ke negerinya untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Mereka menulis " .... bagian terbesar tentara kita memiliki simpati yang besar sekali terhadap rakyat disini, yang hidupnya terus-menerus sengsara di bawah kaum imperialis, ..... Ungkapam yang paling sering dipakai oleh anggota-anggota tentara kita, orang Belanda adalah sekumpulan .... (sebutan kasar)."
Aksi desersi seperti para awak kapal India yang sengaja didatangkan Belanda yang armadanya terkena boikot WWF juga mewarnai catatan sejarah. Demikian pula aksi desersi sejumlah tentara Inggris yang tidak mau terlibat dalam upaya penegakan kembali kolonial Belanda di Indonesia.
Salah satu hasil penting aksi boikot ini adalah menggagalkan upaya dominasi ekonomi Belanda dengan pengiriman mata uang mereka. Alhasil, uang ORI (Oeang Repoeblik Indonesia) lebih dahulu beredar menggantikan uang Jepang.
Hubungan mesra Indonesia - Australia disadari oleh Belanda yang secara diplomatis mulai kehilangan pijakan. Bahkan serdadu NICA Belanda pun menyaru sebagai Digger (Serdadu Australia) agar tidak ditembaki pejuang. Setidaknya para prajurit NICA Belanda di Jawa kerap memakai Sloutch Hat (topi serdadu Australia) agar mendapatkan simpati masyarakat Indonesia.
Pada masa genting, Republik Indonesia juga memilih Australia sebagai ujung tombak Komisi Tiga Negara (Komisi Jasa Baik) sebagai penengah dalam konflik dengan Belanda. Misi ini adalah salah satu misi perdamaian PBB yang pertama selepas Perang Dunia II.
Laporan keras dari Komisi Jasa Baik (KTN) ke Dewan Keamanan PBB awal 1949 atas perilaku Belanda di Indonesia mendorong lahirnya langkah tegas yang berujung pada Pengakuan Kedaulatan 27 Desember 1949 (kini Belanda mengakui Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945).
Inilah dukungan perjuangan bersama Indonesia, Astralia, dan bangsa-bangsa Asia lainnya yang kini mulai terlupakan (Iwan Santosa)
Alhasil, pelbagai aksi pun dimulai dari pemboikotan kapal militer dan sipil Belanda, pesawat Belanda, unjuk rasa, pengumpulan dana, beroperasinya radio perjuangan dalam bahasa Arab, Melayu, dan Jawa di Australia.
Tak ketinggalan, pelaut Tionghoa, India, Vietnam, Malaya, Philipina, dan bangsa-bangsa Asia bergabung. Setidaknya, dalam setiap aksi pelaut Indonesia selalu terlihat bendera Tiongkok mendampingi Merah Putih.
Dukungan terbesar datang dari kaum Buruh, terutama Waterside Worker Federation (WWF) atau serikat pekerja tepi air. Tidak ketinggalan para cendekiawan dari Sydney University, tokoh Gereja Anglikan, hingga para mahasiswa turut serta menggalang aksi dukungan, bahkan unjuk rasa. Penangkapan aktivis dan pembubaran unjuk rasa dengan kekerasan sempat mereka alami demi mendukung kemerdekaan Indonesia. Pengumpulan dana dari masyarakat dan tanda tangan serikat buruh perkapalan berhasil mendapatkan dukungan satu setengah juta tanda tangan.
Bahkan, para prajurit Australia yang baru saja merebut Balikpapan dari tangan Jepang mengumpulkan petisi yang dikirim kembali ke negerinya untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Mereka menulis " .... bagian terbesar tentara kita memiliki simpati yang besar sekali terhadap rakyat disini, yang hidupnya terus-menerus sengsara di bawah kaum imperialis, ..... Ungkapam yang paling sering dipakai oleh anggota-anggota tentara kita, orang Belanda adalah sekumpulan .... (sebutan kasar)."
Aksi desersi seperti para awak kapal India yang sengaja didatangkan Belanda yang armadanya terkena boikot WWF juga mewarnai catatan sejarah. Demikian pula aksi desersi sejumlah tentara Inggris yang tidak mau terlibat dalam upaya penegakan kembali kolonial Belanda di Indonesia.
Salah satu hasil penting aksi boikot ini adalah menggagalkan upaya dominasi ekonomi Belanda dengan pengiriman mata uang mereka. Alhasil, uang ORI (Oeang Repoeblik Indonesia) lebih dahulu beredar menggantikan uang Jepang.
Hubungan mesra Indonesia - Australia disadari oleh Belanda yang secara diplomatis mulai kehilangan pijakan. Bahkan serdadu NICA Belanda pun menyaru sebagai Digger (Serdadu Australia) agar tidak ditembaki pejuang. Setidaknya para prajurit NICA Belanda di Jawa kerap memakai Sloutch Hat (topi serdadu Australia) agar mendapatkan simpati masyarakat Indonesia.
Pada masa genting, Republik Indonesia juga memilih Australia sebagai ujung tombak Komisi Tiga Negara (Komisi Jasa Baik) sebagai penengah dalam konflik dengan Belanda. Misi ini adalah salah satu misi perdamaian PBB yang pertama selepas Perang Dunia II.
Laporan keras dari Komisi Jasa Baik (KTN) ke Dewan Keamanan PBB awal 1949 atas perilaku Belanda di Indonesia mendorong lahirnya langkah tegas yang berujung pada Pengakuan Kedaulatan 27 Desember 1949 (kini Belanda mengakui Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945).
Inilah dukungan perjuangan bersama Indonesia, Astralia, dan bangsa-bangsa Asia lainnya yang kini mulai terlupakan (Iwan Santosa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar