Beberapa candi yang memuat adegan kekerasan dapat dilihat di Candi Mendut, Magelang, Jawa Tengah, bercorak Budhis. Pada tangga masuk di sisi selatan candi peninggalan abad ke-9 - 10 itu terdapat panil relief yang menggambarkan dua figur, salah satunya memegang gada/parang (?), sedangkan figur yang satu memegang alat semacam perisai.
Di Jawa Timur, panil-panil relief yang menggambarkan kekerasan dapat dilihat pada Candi Surawane (Pare, Kediri, Jawa Timur), merupakan peninggalan sekitar abad ke-14 Masehi, bercorak keagamaan Budhis. Pada bagian kaki candi sisi utara terlihat relief yang menggambarkan adegan kekerasan/perkelahian, yakni seorang tokoh sedang memilin kepala seseorang. Sementara pada Candi Rimbi, Bareng, Jombang yang berasal dari peninggalan abad ke-13 - 14 Masehi, pada bagian kaki candi, di sisi selatan, terdapat gambar dua pria sedang berkelahi di tengah hutan dengan menggunakan kain cancut.
Fenomena masyarakat Jawa Kuno tentang dunia kekerasan tidak terlepas dari kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Para penguasa pada masa itu sudah mengindahkan aturan-aturan dan nilai-nilai hidup yang harmonis berupa pandangan hidup berdasarkan kepercayaan/agama. Aturan-aturan tersebut disosialisasikan dengan cara pembuatan prasasti dan gambar-gambar pada relief candi yang sarat akan pesan-pesan moral dan etika, sebagai tuntunan hidup manusia.
Walaupun peraturan dengan segala sanksi hukum begitu kerasnya, bahkan desa-desa dalam wilayah kekuasaan kerajaan tertentu juga harus berperan aktif dalam menjaga ketertiban, tetapi masih sering terjadi tindak kekerasan. Apalagi jika penegakan hukum tidak diimbangi dengan disiplin dan dedikasi dari aparatur pemerintah beserta kesadaran masyarakatnya, niscaya tindak kekerasan masih sering terjadi dimana-mana bahkan secara kualitas dan kuantitas semakin merebak di negeri ini. (TM Hari Lelono)
Walaupun peraturan dengan segala sanksi hukum begitu kerasnya, bahkan desa-desa dalam wilayah kekuasaan kerajaan tertentu juga harus berperan aktif dalam menjaga ketertiban, tetapi masih sering terjadi tindak kekerasan. Apalagi jika penegakan hukum tidak diimbangi dengan disiplin dan dedikasi dari aparatur pemerintah beserta kesadaran masyarakatnya, niscaya tindak kekerasan masih sering terjadi dimana-mana bahkan secara kualitas dan kuantitas semakin merebak di negeri ini. (TM Hari Lelono)
artikelnya bagus deh pak,silahkan mampir di blog saya,saya suka Moto-nya bapak(Orang yang ingin terus belajar dan belajar)itu seperti motto yang saya miliki,walaupun saya hanyalah anak putus sekolah tapi sekarang hanya hidup dengan blog aja,ini salah satu blog saya ,silahkan mampir http://mobilephoneclinic.blogspot.com
BalasHapusTerima kasih pak atas komentarnya, itu menjadi cambuk bagi saya untuk terus belajar menjadi lebih baik. Melihat blog mobilephoneclinic.blogspot.com saya suka, bagus sekali. saya juga suka teknologi tapi kurang menguasai makanya terus belajar. Kalau bapak mengatakan sebagai anak putus sekolah wah banyak orang tidak percaya lho sebab apa yang anda tulis dan ungkapkan dalam blog anda inovatif sekali sebagai tulisan anak putus sekolah. Tapi sekali lagi keinginan terus belajar dan belajar mengalahkan semua anggapan tersebut, saya salut dengan anda. Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya pada blog saya dan semoga kita menjadi sahabat yang baik sterusnya. Amin.
BalasHapus