Kota Demak merupakan ibukota kabupaten yang terletak 23 kilometer ke arah timur kota Semarang, Jawa Tengah. Konon menurut catatan Tome Perez yang berjudul Summa Oriental yang ditulis pada abad ke-15 antara Semarang dengan Demak dipisahkan Laut Muria. Dengan banyaknya sungai yang bermuara di laut tersebut menjadikan kedangkalan dan akhirnya terbentuk dataran luas. Sekarang dari Semarang ke Demak tidak lagi harus berlayar tetapi cukup dengan kendaraan mobil dan hanya membutuhkan waktu 20-30 menit saja.
Demak menjadi terkenal karena dalam sejarahnya, yaitu pada abad ke-15 - 16 pernah menjadi ibukota kerajaan Islam setelah berhasil merebut kekuasaan raja Majapahit pada tahun 1527 ditandai dengan Candra Sangkala "Sirna Ilang Kertaning Bhumi" yang berarti tahun 1400 Saka. Dalam peperangan tersebut, tentara Majapahit dipimpin oleh Raja Brawijaya V. Dalam hikayat Hasanuddin, disebutkan kepahlawanan Raja Demak dalam memimpin perang suci bagaikan Maulana Baghdad dan Waliyu'llahi. Kemenangan dalam peperangan tersebut berkat dukungan raja-raja daerah pesisir yang lebih dahulu memeluk Islam dan juga berkat siasat para Wali terutama Sunan Kudus, Sunan Bonang serta pemimpin-pemimpin ulama.
konon menurut tulisan De Graaf dan Pigeaud yang mendasarkan pada legenda dan sejarah diceritakan bahwa Brawijaya V mengirim putranya Raden Patah kepada Sunan Bonang di Ampeldenta untuk mempelajari agama Islam yang banyak dianut oleh rakyatnya. Setelah melalui waktu panjang, akhirnya Sunan Bonang menobatkan Raden Patah sebagai Raja Demak Bintoro dengan sebutan Senopati Jimbun Ngabdur Rachman Sayidin Panatagama. Dengan dukungan raja-raja pesisir yang telah beragama Islam, Raja Demak mengadakan perlawanan terhadap kekuasaan Majapahit yang dianggap masih kafir.
Setelah Kerajaan Majapahit jatuh, semua perabot dan harta benda kraton beserta simbol-simbol kenegaraan diboyong ke Demak, antara lain pendopo kraton yang kemudian dibangun kembali di Demak dan dijadikan sebagai serambi Masjid Demak. Kerajaan Demak terus berkembang dari Tuban, Pasuruan, Kediri, Banten bahkan sampai banjarmasin dan Palembang.
Adapun pendeklarasian Demak sebagai kerajaan Islam dilakukan oleh Sunan Gunung Jati sekembalinya dari naik Haji. gagasan untuk menobatkan raja Demak menjadi Sultan datang dari Sunan Gunung Jati yang diilhami oleh peristiwa saat di Mekkah sempat mengikuti internasionalisasi penaklukan kerajaan Mesir oleh Sultan Turki, yaitu Sultan Salim I Akbar dan menobatkan diri sebagai Khalifah. Setibanya Sunan Gunung Jati di Jawa langsung menuju Demak dan menganjurkan Raja Demak untuk bertingkah laku sebagai raja Islam dengan sebutan Sultan Ahmad Abdul Arifin dengan gelar maharaja. Pemberian gelar dengan nama Arab dianggap sahnya niat untuk menjadikan Demak sebagai Kerajaan Islam dengan diikuti penerapan hukum Fikh Islam. Jabatan-jabatan penting dalam penegakan syariat Islam diserahkan kepada para wali sehingga peran pemimpin agama semakin bertambah besar. Antara agama dengan negara tidak ada pemisahan bahkan agama dijadikan sebagai dasar haluan pemerintahan. Berbagai permasalahan negara menyangkut kehidupan, keyakinan di bidang mistik dan teologi Islam berpegang teguh pada hasil keputusan musyawarah para wali. Para wali penyebar dan pemimpin terkemuka agama berjumlah sembilan dengan sebutan Wali Songo yang dalam tiap musyawaratan tentang kebijakan negara dan perkembangan agama selalu dilakukan di Masjid. Fungsi Masjid sangat penting sehingga memiliki kedudukan sentral dalam pemerintahan dan agama sehingga diberi julukan sebagai Masjid Negara.
konon menurut tulisan De Graaf dan Pigeaud yang mendasarkan pada legenda dan sejarah diceritakan bahwa Brawijaya V mengirim putranya Raden Patah kepada Sunan Bonang di Ampeldenta untuk mempelajari agama Islam yang banyak dianut oleh rakyatnya. Setelah melalui waktu panjang, akhirnya Sunan Bonang menobatkan Raden Patah sebagai Raja Demak Bintoro dengan sebutan Senopati Jimbun Ngabdur Rachman Sayidin Panatagama. Dengan dukungan raja-raja pesisir yang telah beragama Islam, Raja Demak mengadakan perlawanan terhadap kekuasaan Majapahit yang dianggap masih kafir.
Setelah Kerajaan Majapahit jatuh, semua perabot dan harta benda kraton beserta simbol-simbol kenegaraan diboyong ke Demak, antara lain pendopo kraton yang kemudian dibangun kembali di Demak dan dijadikan sebagai serambi Masjid Demak. Kerajaan Demak terus berkembang dari Tuban, Pasuruan, Kediri, Banten bahkan sampai banjarmasin dan Palembang.
Adapun pendeklarasian Demak sebagai kerajaan Islam dilakukan oleh Sunan Gunung Jati sekembalinya dari naik Haji. gagasan untuk menobatkan raja Demak menjadi Sultan datang dari Sunan Gunung Jati yang diilhami oleh peristiwa saat di Mekkah sempat mengikuti internasionalisasi penaklukan kerajaan Mesir oleh Sultan Turki, yaitu Sultan Salim I Akbar dan menobatkan diri sebagai Khalifah. Setibanya Sunan Gunung Jati di Jawa langsung menuju Demak dan menganjurkan Raja Demak untuk bertingkah laku sebagai raja Islam dengan sebutan Sultan Ahmad Abdul Arifin dengan gelar maharaja. Pemberian gelar dengan nama Arab dianggap sahnya niat untuk menjadikan Demak sebagai Kerajaan Islam dengan diikuti penerapan hukum Fikh Islam. Jabatan-jabatan penting dalam penegakan syariat Islam diserahkan kepada para wali sehingga peran pemimpin agama semakin bertambah besar. Antara agama dengan negara tidak ada pemisahan bahkan agama dijadikan sebagai dasar haluan pemerintahan. Berbagai permasalahan negara menyangkut kehidupan, keyakinan di bidang mistik dan teologi Islam berpegang teguh pada hasil keputusan musyawarah para wali. Para wali penyebar dan pemimpin terkemuka agama berjumlah sembilan dengan sebutan Wali Songo yang dalam tiap musyawaratan tentang kebijakan negara dan perkembangan agama selalu dilakukan di Masjid. Fungsi Masjid sangat penting sehingga memiliki kedudukan sentral dalam pemerintahan dan agama sehingga diberi julukan sebagai Masjid Negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar