Gubernur Jendral Adrian Valckenier pada tanggal 10 Oktober 1740 akhirnya memerintahkan untuk membunuh orang-orang Cina yang ada dalam penjara Batavia. Hal ini diikuti pembantaian yang dilakukan tentara dan pegawai VOC di pemukiman Cina. Alhasil beratus-ratus rumah dan gedung musnah dimangsa api. Maklum, orang Cina ketika itu termasuk golongan menengah yang mendominasi sektor perdagangan dan industri. Tak ayal sampai beberapa lama roda ekonomi di Batavia lumpuh.
Untungnya, pembantaian itu tidak mengusik Kaisar Cina Cin Lung yang berkuasa dari tahun 1736-1790. Sehingga hubungan VOC dan Cina tetap baik. Akan tetapi pengaruh peristiwa itu sampai ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pemerintah Belanda sendiri tidak tinggal diam. Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier akhirnya diperiksa dan ditahan di Stadshuis Batavia dari tahun 1742-1750.
Belanda kemudian menunjuk Baron Van Imhoff sebagai Gubernur Jendral pada tahun 1743. Dia kemudian membujuk orang-orang Cina untuk kembali dan membuka usaha di Batavia. Disini mereka ditempatkan dalam sebuah kampung yang sekarang dikenal sebagai kawasan Glodok, Jakarta Barat. Di perkampungan ini tentara VOC secara rutin menjaga keamanan mereka agar tidak terjadi lagi pembantaian atau pembunuhan terhadap etnis Cina.
Tidak itu saja, Baron Van Inhoff yang berkuasa sampai tahun 1750 kemudian melarang pembangunan rumah dari bahan bambu dan atap rumbia. Rumah model ini yang dimiliki orang Cina memang cepat sekali terbakar ketika terjadi peristiwa pembantaian. Selain itu dia juga mendatangkan petani dari Belanda untuk membuka dan mengelola perkebunan di sekitar Batavia, seperti Bogor, Karawang, dan daerah Priangan lainnya.
Beberapa tahun setelah peristiwa oktober kelabu 1740, orang-orang Cina kembali mendominasi sektor perdagangan dan industri di Batavia. Mereke mencoba menghapus kejadian memilukan yang menelan korban ratusan jiwa etnis Cina tersebut. Sejatinya peristiwa itu dipicu oleh meningkatnya jumlah penduduk Cina yang mengkhawatirkan pembesar VOC lainnya. Memang ketika itu ada 4000 orang Cina yang bermukim di Batavia.
Mereka melihat diantara orang-orang Cina pendatang itu, tidak semuanya jago dagang dan berkebun, tetapi ada diantara mereka yang menganggur. Angka pengangguran yang tinggi menyebabkan mencuatnya tindak kriminalitas, seperti pencurian, perampokan dan pembunuhan yang korbannya tidak hanya warga pribumi namun juga Belanda.
Pimpinan VOC kemudian membuat aturan yang membatasi kedatangan orang-orang Cina di Batavia. Selain itu juga memperketat peran orang Cina baik yang sudah lama menetap maupun yang baru datang. Ketentuan ini membuat resah orang Cina, dimana mereka kemudian membentuk laskar-laskar sipil. Dari sini syak wasangka antara VOC dan warga Cina semakin kental, sehingga timbul konflik antara tentara Belanda dengan laskar sipil Cina. Sampai akhirnya pada tanggal 10 Oktober 1740, Gubernur Jendral Adriaan Valckenier memerintahkan pembunuhan terhadap warga Cina di batavia. (U. Widyanto)
Untungnya, pembantaian itu tidak mengusik Kaisar Cina Cin Lung yang berkuasa dari tahun 1736-1790. Sehingga hubungan VOC dan Cina tetap baik. Akan tetapi pengaruh peristiwa itu sampai ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pemerintah Belanda sendiri tidak tinggal diam. Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier akhirnya diperiksa dan ditahan di Stadshuis Batavia dari tahun 1742-1750.
Belanda kemudian menunjuk Baron Van Imhoff sebagai Gubernur Jendral pada tahun 1743. Dia kemudian membujuk orang-orang Cina untuk kembali dan membuka usaha di Batavia. Disini mereka ditempatkan dalam sebuah kampung yang sekarang dikenal sebagai kawasan Glodok, Jakarta Barat. Di perkampungan ini tentara VOC secara rutin menjaga keamanan mereka agar tidak terjadi lagi pembantaian atau pembunuhan terhadap etnis Cina.
Tidak itu saja, Baron Van Inhoff yang berkuasa sampai tahun 1750 kemudian melarang pembangunan rumah dari bahan bambu dan atap rumbia. Rumah model ini yang dimiliki orang Cina memang cepat sekali terbakar ketika terjadi peristiwa pembantaian. Selain itu dia juga mendatangkan petani dari Belanda untuk membuka dan mengelola perkebunan di sekitar Batavia, seperti Bogor, Karawang, dan daerah Priangan lainnya.
Beberapa tahun setelah peristiwa oktober kelabu 1740, orang-orang Cina kembali mendominasi sektor perdagangan dan industri di Batavia. Mereke mencoba menghapus kejadian memilukan yang menelan korban ratusan jiwa etnis Cina tersebut. Sejatinya peristiwa itu dipicu oleh meningkatnya jumlah penduduk Cina yang mengkhawatirkan pembesar VOC lainnya. Memang ketika itu ada 4000 orang Cina yang bermukim di Batavia.
Mereka melihat diantara orang-orang Cina pendatang itu, tidak semuanya jago dagang dan berkebun, tetapi ada diantara mereka yang menganggur. Angka pengangguran yang tinggi menyebabkan mencuatnya tindak kriminalitas, seperti pencurian, perampokan dan pembunuhan yang korbannya tidak hanya warga pribumi namun juga Belanda.
Pimpinan VOC kemudian membuat aturan yang membatasi kedatangan orang-orang Cina di Batavia. Selain itu juga memperketat peran orang Cina baik yang sudah lama menetap maupun yang baru datang. Ketentuan ini membuat resah orang Cina, dimana mereka kemudian membentuk laskar-laskar sipil. Dari sini syak wasangka antara VOC dan warga Cina semakin kental, sehingga timbul konflik antara tentara Belanda dengan laskar sipil Cina. Sampai akhirnya pada tanggal 10 Oktober 1740, Gubernur Jendral Adriaan Valckenier memerintahkan pembunuhan terhadap warga Cina di batavia. (U. Widyanto)