Tidak saja Mataram Kuno yang hingga kini masih misterius, baik tempat maupun wilayahnya, tetapi Wangsa Syailendra yang diperkirakan membangun Candi Borobudur pun hingga kini masih menjadi misteri. Dari catatan beberapa ahli, Wangsa Syailendra dianggap suatu wangsa Sriwijaya yang telah menaklukkan sebagian Jawa.
Menurut keterangan Coedes dan N.J Kroom (Sejarawan Belanda), sumber tertulis dalam prasasti Ligor yang berangka tahun 775 Saka, muka B, menggambarkan suasana kemenangan seorang raja bergelar Sri Maharaja, karena ia adalah keluarga Syailendra. Sisi A prasasti itu berisi 10 syair Sansekerta yang memperingati pendirian tempat suci Mahayana oleh raja Sriwijaya. Baik Kroom maupun Coedes menyamakan raja Sriwijaya yang dimuat di muka A dengan raja Syailendra yang disebut di muka B, dan kemudian menyimpulkan bahwa Syailendra memerintah Sriwijaya pada tahun 775 dan memerintah di Jawa pada tahun yang sama.
Teori Majumdar menyebut bahwa Syailendra berasal dari India. Kemudian K.A. Nilakanta Sastri pada tahun 1935 berpendapat bahwa karena gelar Syailendra berarti "Raja Gunung " yang biasa dipakai Ciwa dan wangsa Padnya di India selatan menyatakan diri sebagai keturunan Dewa dan memakai gelar "Minankita Sailendra", maka wangsa Syailendra mungkin berasal dari India selatan. Sementara menurut catatan ENI mengutip Coedes, Syailendra berasal dari Jawa.
Coedes cenderung pada pendapat bahwa raja-raja gunung ini mungkin merupakan suatu kebangkitan kembali pemakaian gelar raja-raja Funan, karena sedikit banyak menjalin hubungan nyata dengannya, dengan tujuan untuk menuntut kekuasaan politik dan teritorial yang terkandung dalam gelar itu. Pandangan mereka tentang sejarah diikuti sejumlah ekspedisi di daratan Indocina. Pada tahun 767 Babad di Vietnam mengatakan Gubernur Cina di Tonkin diserang pasukan yang terdiri atas orang Jawa dan orang-orang Pulau Selatan.
Pada tahun 774 sebuah Candi Cham dihancurkan pelaut-pelaut asing berwajah mengerikan, hitam, dan buruk. Kemudian pada tahun 787 penyerbu-penyerbu dari laut yang diduga berasal dari Jawa menghancurkan bangunan lain.
Pada pertengahan kedua abad ke-7 Wangsa Syailendra dari Jawa menuntut kekuasaan atas Kamboja. Tetapi bukti yang menyatakan wangsa itu berasal dari Funan sangat kurang, sehingga tidak ada alasan lain untuk menduga bahwa wangsa ini berasal bukan dari Jawa.
Menurut penulis Sudiyono, di Jawa sendiri tidak menunjuk adanya dokumen tertulis antara prasasti Purnawarman abad ke-5 dan prasasti Sansekerta tahun 732 di tempat suci Ciwa di Canggal, sebelah tenggara Borobudur. Prasasti Sansekerta ini menyebut bahwa seorang Raja Sanjaya mendirikan sebuah lingga di Kunjarakunja di Pulau Jawa yang kaya akan padi-padian dan emas. Karena Jawa tidak menghasilkan emas, dicoba menyamakannya dengan suatu tempat di Semenanjung Melayu. Tetapi Stutterheim menunjukkan bahwa Kunjarakunja itu adalah nama tempat Sanjaya mendirikan tempat suci.
Sanjaya Raja pendiri Kerajaan Mataram Kuno itu muncul juga dalam prasasti berikutnya yang diketemukan Stutterheim di Kedu, Jawa Tengah. Catatan berharga berangka tahun 907 ini berisi daftar pengganti-penggantinya yang memerintah kemudian. Delapan raja berturut-turut semua memakai gelar Sri Maharaja. Sanjaya yang digantikan oleh Pancapana Panangkaran yang memerintah tahun 778, digambarkan sebagai seorang Syailendra pada prasasti Kalasan yang memperingati pendirian candi sebagai tempat suci bagi Dewi Budha, yaitu Dewi Tarra.
Dari catatan orang-orang Cina dikatakan antara tahun 742 dan 755 ibukota "Ho-Ling" (Mataram) dipindahkan agak ke Timur oleh raja "Ki-yen" yang disamakan dengan Gajayana, pendiri sebuah tempat suci di Dinyo, Jawa Timur, pada tahun 760. Sejak itu telah dicapai kesimpulan bahwa Syailendra yang Budha telah mengusir Wangsa Sanjaya yang Siwa dari Jawa Tengah.
Jadi daftar raja-raja pada prasasti Balitung itu bukan catatan raja-raja pengganti wangsa yang sama, tetapi suatu catatan raja-raja Jawa Tengah yang diatur secara berurutan. Ini menunjukkan bahwa sepanjang bukti sejarah yang berkeping-keping yang ada, Syailendra muncul sebagai raja yang berkuasa di Jawa sekitar pertengahan abad ke-8 dan selama masa masa pertengahan kedua abad itu meluaskan kekuasaannya ke bagian tengah pulau itu. Sementara pada waktu yang sama ia mencoba memperkuat pengawasannya atas bagian Semenanjung Indocina.
Kini kerajaan kuno Mataram ada di Jawa Tengah dan Sanjaya sebagai rajanya disimpulkan sebagai Maharaja atau Syailendra. Lagipula Syailendra penganut Siwa bukan Budha. Lalu apakah Syailendra berkuasa di Jawa atau di Sriwijaya, dan apakan Syailendra Budha atau Siwa, hingga saat ini tampaknya masih misterius.
Dari catatan Stutterheim cucu Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahan Mataram dari Poh Pitu di Jawa Tengah ke Watugaluh, daerah antara Gunung Semeru dan Gunung Wilis di Jawa Timur, maka berakhirlah pemerintahan Mataram di Jawa Tengah. Mpu Sindok seolah-olah merupakan pendiri dinasti baru, meskipun ia sendiri masih tetap tidak mau melepaskan hubungan dengan raja-raja yang memerintah di Jawa Tengah sebelumnya. pemindahan ini menurut ahli geologi juga lantaran akibat meletusnya Gunung Merapi pada tahun 1006 (Sugeng WA)
1. Pada tulisan lain kerajaan Ho Ling diartikan
BalasHapusKalingga bukan Mataram?
2. Sri Wijaya (Sumatera) adalah penganut Budha Mahayana sedang Syailendra di Jawa Tengah berdasarkan bumi prasasti Sojomerto menyembah dewa syiwa yg berarti beragama Hindu syiwa
3. Sanjaya adalah cucu kerajaan kalingga dan Galuh yang keduanya berada di Jawa serta telah ada sebelum Syailendra itu sendiri.
4. Kemungkinan Syailendra adalah darah campuran jawa sumatera mengingat prasasti Sojomerto ditulis dengan bahasa melayu?
Ohh .
Hapus1. Almarhum Boechari mengatakan Kalingga sebenarnya hanya ada dalam cerita rakyat Jawa, tidak ada bukti yang mendukungnya
BalasHapus2.Keterangan dinasti Syailendra yang beragama Budha berasal dari Prasasti Sojomerto yang diketemukan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Dalam prasasti yang tidak berangka tahun dan berbahasa Melayu kuno ini disebutkan seorang bernama Dapunta Selendra yang beragama Siwa. Menurut Prof. Dr. R.M.Ng Poerbotjaroko, semula di Jawa tengah hanya ada satu dinasti , yaitu Dinasti Syailendra. Semula dinasti ini beragama Siwa, tetapi raja Syailendra yang bernama sanjaya meminta putranya yang bernama Rakai panangkaran untuk memeluk agama Budha. hal ini dikarenakan, ia (Sanjaya) memeluk agama Siwa dan rakyat menjadi takut. Pendapat Poerbotjaroko rupanya sesuai dengan prasasti Kalasan (778 Masehi) yang menyebutkan raja Panangkaran atau Maharaja Tejahpurnapapa Panangkaran atas permintaan para guru sang raja yang menjadi mustika keluarga Syailendra (Syailendrawangsatilaka) membangun bangunan suci Dewi Tara dan biara para pendeta. Bersamaan itu Panangkran menghadiahkan desa Kalasan kepada para Sanggha. Bangunan suci untuk Dewi Tara adalah Candi Kalasan di Dusun Kalibening, Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY.
3. Betul
4. Betul
Tertarik dengan wangsa syailendra ini setelah mengunjungi Angkor Wat di Kamboja :) http://elitachoice.blogspot.com/
BalasHapusDalam prasasti hiralingga disebutkan bahwa Wangsa saelendra berasal dari akhandalapura di sumatera. Diperkiraan akhandalapura adalah kuntala yang berada di Merlung-Jambi.
BalasHapusbagus artikelnya....
BalasHapussangat bermanfaat