Minggu, 06 Juni 2010

PERJUANGAN AWAL, PARA WALI DI JAWA (7)

Syekh Siti Jenar dan Ajarannya
Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang atau Syekh Sidi Jinnar. Sidi = tuan, Jinnar = orang yang kekuatannya seperti api. Konon Syekh ini berasal dari Persia.
Alkisah, saat Sunan Bonang sedang mewejang Sunan kalijaga ilmu tingkat tinggi yang sangat rahasia, yang tidak mungkin dipahami oleh orang awam, Sunan Bonang mengajak Sunan Kalijaga ke tempat yang jauh dan sepi, di tengah rawa-rawa di tepi pantai utara yang tidak pernah dijamah oleh manusia. Di tengah perjalanan ternyata perahu yang mereka naiki bocor, sehingga oleh Sunan Kalijaga ditambal dengan tanah liat. Saat Sunan Bonang berpesan mewanti-wanti kepada murid terpilihnya jangan sampai salah faham, karena bisa salah kedaden bila pemahamannya keliru. Kesalahan fatal memahami ilmu tersebut si murid bisa mengaku dirinya sebagai Allah. Saat mewejang Sunan kalijaga tersebut Sunan Bonang merasakan ada getaran sihir di perahu itu. Ternyata ada seseorang yang menyamar diri dengan ilmu sihir bersembunyi di dalam perahu tersebut. Sunang Bonang memeriksa tanah liat yang digunakan oleh Sunan kalijaga untuk menambal perahu yang bocor. Ternyata dalam tanah liat tersebut terdapat seekor cacing, dan cacing tersebut diambil dan berubah menjadi Syekh Sidi Jinnar yang belum dikenalnya. Setelah berkenalan Sidi Jinnar dinasehati bahwa "sihir dilarang dalam agama Islam". Dan Sidi Jinnar menjawab "mohon bimbingan", sehingga akhirnya Sidi Jinnar berguru kepada Sunan Bonang. Ia kemudian berguru pula kepada Sunan Ampel dan Sunan Giri, bahkan akhirnya diterima sebagai anggota Walisanga.
Sidi Jinnar membuka perguruan dan muridnyapun banyak pula, salah seorang diantaranya terkenal sebagai Ki Ageng Pengging, ayah Jaka Tingkir yang kemudian menjadi menantu Sultan Trenggana (Raja Kerajaan Islam demak), dan kemudian setelah Kerajaan demak hancur karena perebutan tahta antar keluarga, Jaka Tingkir merebut kekuasaan dan memindahkan kerajaan ke Pajang, dan bergelar Sultan Hadiwijaya.
Wejangan Sunan Bonang terhadap Sunan Kalijaga ternyata terbukti, yakni dengan menyimpangnya ajaran Sidi Jinnar dari ajaran Islam. Sidi Jinnar lama kelamaan meninggalkan Shalat berjama'ah bersama para wali di Masjid Demak, bahkan tidak melakukan Shalat sama sekali dan mengakui dirinya itu Allah.
Para Wali kemudian bersidang dipimpin oleh Sunan Giri sebagai Mufti atau pimpinan para ulama. Kemudian mengutus Santri Kodrat dan Santri Malang Sumirang untuk memanggil Sidi Jinnar di goa tempat Sidi Jinnar menyepi.
Ketika pesan panggilan ke Masjid Demak diutarakan, jawaban Sidi Jinnar dari dalam goa : "Sidi Jinnar tidak ada yang ada hanya Allah" Utusan kembalilah kepada para Wali.", teriaknya. Utusan-pun kembali ke Demak untuk melapor. dan makin kuat dugaan para wali bahwa Sidi Jinnar telah sesat, dan kedua santri Sunan Giri itu diutus kembali untuk memanggil Allah ke Demak. kali ini Sidi Jinnar menjawab : "Allah tidak ada yang ada Sidi Jinnar". Utusan kembali ke Masjid Demak melapor. Sunan Giri menyuruhnya kembali supaya Sidi Jinnar datang menghadap. Diskusipun berlangsung seru. "Gusti dan kawula itu sama. Allah adalah aku sendiri, tidak ada gunanya menjalankan syariat yang ada hanya hakekat. Allah dan Sidi Jinnar sudah bersatu, kalau Sidi Jinnar menyembah Allah, itu berarti Allah menyembah Allah" demikian Sidi Jinnar. "Itu ajaran sesat, persis ajaran Syeh Al Halaj yang berpaham wihdatul wujud, mengaku dirinya Tuhan Allah. Itu akan membahayakan ummat. Di Baghdad Syeh Al Halaj dihukum mati". Sidi Jinnar-pun dihukum mati. Namun Sunan Giri memberi innah satu tahun untuk memperbaiki diri. Setelah lewat satu tahun ternyata Sidi Jinnar tidak berubah, maka dilaksanakanlah hukuman mati itu oleh Sunan Kudus.
Murid-murid Sidi Jinnar adalah Ki Ageng Pengging, Ki Ageng Tingkir, Pangeran Panggung, Ki Lontang Asmara yang ikut bela pati pada Sidi Jinnar. Konon setelah Sidi Jinnar dikuburkan, ia mengeluarkan ancaman kepada para wali : "Sidi Jinnar akan membalas tindakan para wali. Nanti, di jaman Mataram bila ada raja suka bertapa pada saat itulah dendam saya akan terlaksana"

1 komentar:

  1. jangan sekali kali melupakan sejarah,kalimat itu mengingatkan saya waktu pelajaran sejarah di SMA.dan sangat menyenangkan sekali pelajaran sejarah itu.

    BalasHapus