Rabu, 01 April 2009

SERBUAN PERTAMA MATARAM KE BATAVIA

Sultan Agung Hanyokrokusumo yang naik tahta Kerajaan Mataram Islam tahun 1613 bertekad melanjutkan cita-cita eyangnya, yaitu Panembahan Senopati. Eyangnya tersebut memang ingin mempersatukan tanah Jawa di bawah kekuasaan Mataram. Saat itu, hanya Batavia dan Banten yang masih lepas dari Mataram, sementara wilayah lain di Jawa sudah takluk kepada Mataram.
VOC yang tahu niatan Sultan Agung lantas berusaha mendekati raja Mataram terbesar tersebut. Utusan Belanda dikirim dengan membawa aneka hadiah, misalnya kuda dari Arab yang diakui kehebatannya oleh para Pangeran di Jawa. Namun Sultan Agung yang tahu akal bulus Kompeni Belanda semakin waspada.
Ia tahu betul bahwa VOC di Batavia jauh lebih berbahaya dari Kerajaan Banten. Maklum VOC saat itu memiliki Angkatan Laut dan kekuatan maritim yang kuat. Selain itu Sultan Agung tahu bahwa VOC sering menghasut adipati di daerah pesisir Jawa agar membangkang terhadap Mataram. Alhasil ia mengangap keberadaan Belanda di Batavia bak duri dalam daging bagi Mataram.
Tindakan pertama yang dilakukan Sultan Agung adalah melarang penjualan beras kepada VOC. Siapa yang membantah larangan tersebut akan dikenakan hukuman berat. Menyadari gawatnya situasi, pada tanggal 23 Agustus 1626 Belanda mengirim utusan yang dipimpin Sebald Wonderaer. Utusan itu ditolak oleh raja Mataram yang kemudian memerintahkan Tumenggung Baurekso dari Kendal untuk menutup seluruh pantai Kerajaan Mataram bagi orang-orang Belanda.
Pada tanggal 13 Agustus 1628 Mataram mengirim 14 perahu yang membawa beras ke Batavia, dipimpin oleh Kyai Rangga. Sembilan hari kemudian disusul 50 perahu yang membawa Sapi, Kelapa, dan Tebu dan dilanjutkan tukuh perahu lainnya. Kedatangan itu menimbulkan kecurigaan Belanda sehingga dilarangnya mendarat dan dibiarkan di luar Pabean.
Kekhawatiran Belanda beralasan karena dalam rombonan perahu tersebut bersembunyi sekitar 900 prajurit Mataram dan amunisi. Tanggal 26 Agustus 1628 tampak pasukan induk Mataram yang dipimpin oleh Tumenggung Baurekso, Bupati Tegal yang menaklukkan Sukadana di Kalimantan. Pasukan lainnya dipimpin oleh Tumenggung Sura Agul-Agul, Adipati Mandurarejo, dan Adipati Upasanta.
Pasukan VOC terang ketakutan karena jumlah tentara Mataram jauh lebih banyak. Mereka akhirnya berlindung di dalam benteng begitu juga sekutu VOC yang terdiri dari orang Cina dan Jepang yang menjadi penduduk Batavia. Tentara Mataram lalu mendirikan kemah-kemah di bagian timur dan tenggara kota, begitu juga di bagian selatan dan barat daya. Pada penyerangan pertama ini, tentara mataram belum membawa meriam.
Sejumlah siasat dilakukan tentara Mataram, misalnya dengan membendung sungai Ciliwung agar VOC kekurangan air. Cara ini dipakai Mataram ketika berhasil menundukkan Surabaya. Namun cara tersebut tidak berhasil diterapkan di Batavia. Tak ayal serangan pertama ini gagal untuk melumpuhkan VC. Mereka akhirnya kembali Ke Mataram.
Sejumlah analisa berkembang menyusul kegagalan Mataram. Ada yang menjelaskan bahwa serbuan Mataram tidak dilakukan tiba-tiba, sehingga diketahui lebih dahulu oleh VOC. Bukan apa-apa, Sultan Agung sebelumnya melarang penjualan beras dan merapatnya VOC di pesisir utara. Selain itu, kedatangan ratusan perahu yang membawa perbekalan juga sangat kentara sehingga Belanda sudah bisa memperkirakan akan adanya serbuan Mataram.
Jauhnya jarak Mataram dan Batavia juga mengurangi fisik tentara Mataram. Apalagi mereka harus menempuh rimba belantara dan kondisi Batavia yang dipenuhi rawa-rawa. Tak heran bila banyak prajurit Mataram yang sakit dan meninggal sebelum pertempuran dilakukan. Selain itu, kekuatan maritim kalah jauh dibandingkan dengan Belanda sehingga mereka gagal merebut Batavia.
Kukuhnya benteng Belanda di tepi Sungai Ciliwung juga menjadi pertahanan yang ampuh. Benteng itu dilindungi tembok lingkar yang tinggi dan cukup tebal dindingnya. Dibawahnya ada parit yang mengelilingi benteng tersebut. Tentara Mataram yang cuma membawa bedil dan senapan jelas tidak bisa menembus dinding benteng tersebut. Sementara Belanda dari balik benteng dengan enaknya menembakkan meriam atau senapannya ke pasukan Mataram yang mendekat ( U. Widyanto, Kompas ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar