J.P. Coen, yang beristrikan Eva Ment, perempuan muda Belanda yang disebut-sebut sebagai perempuan dengan perangai tak tercela menyatakan pergundikan harus diberantas. Menurut J.P. Coen, pergundikan mengakibatkan keguguran kandungan, pembunuhan bayi, dan terkadang peracunan suami oleh gundik yang cemburu.
Meski sangat anti pelacuran, pergundikan, dan perzinaan, J.P. Coen dan para penggantinya gagal memberantasnya. Cerita-cerita pernyanyian masih terdengan hingga zaman Belanda paska VOC yang bangkrut pad akhir 1799. Gundik yang paling sohor di Betawimungkin nyai Dasima, tokoh roman sejarah abad ke-19, yang menurut salah satu ceritanya, mati di tangan jago silat Bang Puase atas suruhan istri tua Bang Samiun.
Nyai Dasima kawin dengan Bang Samiun, tukang Sado dari Kwitang, setelah ia kabur dari Tuan Edward, laki-laki Inggris yang sebelumnya menjadikannya istri simpanan tanpa nikah.
Pelacuranpun maju pesat. Menurut budayawan Betawi, Alwi Shahab, pada abad ke-19 di Gang Mangga, dkat stasiun KA Jakarta Kota, ada tempat pelacuran yang populer di kalangan Taipan alias pengusaha kelas kakap. Mereka berbondong-bondong kesana karena banyak Amoy, perempuan Cina yang didatangkan khusus dari Makau.
Dekade 1960-1970-an, lokasi prostitusi bertumbuhan di berbagai sudut Jakarta, mulai di jalan Halimun, di daerah Guntur, Jakarta selatan ; Planet Senen di daerah Senen, Jakarta pusat; sampai kompleks WTS Kebun Sirih di belakang stasiun Jatinegara, Jakarta timur. Saerah "Lampu Merah" Encim Jangkrik di daerah Gedong Panjang Penjaringan, Jakarta utara mungkin juga mulai mulai berdiri pada masa ini.
Setelah hampir 10 tahun berlalu, terbukti sudah bahwa penutupan Lokalisasi Kramat Tunggak tak mengubah apapun. Gubernur Jendral J.P. Coen yang memimpin Batavia dengan tangan besi saja tang sanggup menghilangkan pelacuran, apalagi penguasa Batavia saat ini yang sarat dengan kepentingan dan tekanan politik. (Mulyawan Karim)