Organisasi massa yang cukup besar dengan anggota-anggota yang berasal dari beberapa daerah dan didirikan atas inisiatif Soekarno setelah ia dipulangkan ke Jawa oleh Jepang adalah PUTERA (Poesat Tenaga Rakjat).
Tujuan pendirian ini untuk menanamkan jiwa kemerdekaan di kalangan rakyat Indonesia. Upaya ini mendapat sambutan dari rakyat dan semangat kemerdekaan menggelora. Pemerintah Jepang ketakutan dengan perkembangan organisasi ini sehingga setelah 10 bulan berdiri, lembaga ini dibubarkan dan diganti dengan Djawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Meskipun Soekarno masih memimpin organisasi ini, namun karakternya bukan lagi sebagai PUTERA sehingga tidak banyak yang terlibat didalamnya.
Setelah PUTERA dibubarkan, selain membentuk Djawa Hokokai, Jepang juga mendirikan Angkatan Muda, Seinendan, dan Keibodan. Kegiatan aktif para pemuda anti fasis membentuk sel-sel baru itu bertujuan menghalangi semakin meluasnya semangat perang untuk Jepang di kalangan untuk Jepang di kalangan anggota organisasi-organisasi bentukan Jepang. Pendirian organisasi tidak hanya terjadi di Jakarta. Barisan Rakyat Indonesia (BRI) misalnya dibentuk di Solo, Yogyakarta, dan Purwodadi. Maksud pendiriannya sebagai kedok membantu Jepang selama masa pendudukan, sedangkan di dalam organisasi ini para pengurusnya berusaha menghimpun para pemuda lain dan menyusun kekuatan massa. Mereka memperbanyak sel-sel dan kader-kader baru, baik di daerah perkotaan maupun perkampungan dan sekolah-sekolah.
Gerakan bawah tanah yang dilaksanakan para pemuda itu bukannya tidak menuai penderitaan atas diri mereka. Beberapa yang akhirnya diketahui sebagai mata-mata ditangkap oleh Ken Pei Tai, disiksa, dan dipenjarakan, bahkan ada yang dihukum mati. Banyak lagi lainnya yang berhasil lolos sebelum sempat ditangkap, segera dikirim menjauh, masuk ke kampung-kampung membaur dengan rakyat biasa. Penangkapan dan pemenjaraan terjadi di seluruh wilayah, baik Jakarta maupun Jawa Tengah Selatan, dan Jawa Timur.
Tujuan pendirian ini untuk menanamkan jiwa kemerdekaan di kalangan rakyat Indonesia. Upaya ini mendapat sambutan dari rakyat dan semangat kemerdekaan menggelora. Pemerintah Jepang ketakutan dengan perkembangan organisasi ini sehingga setelah 10 bulan berdiri, lembaga ini dibubarkan dan diganti dengan Djawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Meskipun Soekarno masih memimpin organisasi ini, namun karakternya bukan lagi sebagai PUTERA sehingga tidak banyak yang terlibat didalamnya.
Setelah PUTERA dibubarkan, selain membentuk Djawa Hokokai, Jepang juga mendirikan Angkatan Muda, Seinendan, dan Keibodan. Kegiatan aktif para pemuda anti fasis membentuk sel-sel baru itu bertujuan menghalangi semakin meluasnya semangat perang untuk Jepang di kalangan untuk Jepang di kalangan anggota organisasi-organisasi bentukan Jepang. Pendirian organisasi tidak hanya terjadi di Jakarta. Barisan Rakyat Indonesia (BRI) misalnya dibentuk di Solo, Yogyakarta, dan Purwodadi. Maksud pendiriannya sebagai kedok membantu Jepang selama masa pendudukan, sedangkan di dalam organisasi ini para pengurusnya berusaha menghimpun para pemuda lain dan menyusun kekuatan massa. Mereka memperbanyak sel-sel dan kader-kader baru, baik di daerah perkotaan maupun perkampungan dan sekolah-sekolah.
Gerakan bawah tanah yang dilaksanakan para pemuda itu bukannya tidak menuai penderitaan atas diri mereka. Beberapa yang akhirnya diketahui sebagai mata-mata ditangkap oleh Ken Pei Tai, disiksa, dan dipenjarakan, bahkan ada yang dihukum mati. Banyak lagi lainnya yang berhasil lolos sebelum sempat ditangkap, segera dikirim menjauh, masuk ke kampung-kampung membaur dengan rakyat biasa. Penangkapan dan pemenjaraan terjadi di seluruh wilayah, baik Jakarta maupun Jawa Tengah Selatan, dan Jawa Timur.