Sabtu, 31 Januari 2015

PAKUAN, KOTA TUA YANG HILANG (3)

Selain sungai-sungai yang mengapitnya. Pakuan dikelilingi benteng yang memanfaatkan keadaan lingkungan alam sekelilingnya berupa  tebing-tebing curam yang terdapat di tiga sisinya. Kecuali salah satu sisi di bagian tenggara yang merupakan lahan datar. Benteng-benteng di kampung Lawang Gintung dan Bantar Peuteuy, menurut Saleh Danasmita terletak pada tebing kampung Cincau yang menurun terjal ke arah Lembah Cipakancilan.
Benteng itu bersambungan dengan tebing gang beton yang terletak di sebelah Bioskop Rangga Gading. Setelah menyilang jalan Suryakencana, lalu membelok ke arah tenggara sehingga letaknya sejajar. Ia menambahkan, deretan pertokoan antara Jalan Suryakencana dan Jalan Roda sampai ke Gardu Tinggi, sebenarnya didirikan di atas lahan bekas benteng.
Benteng itu selanjutnya mengikuti puncak lembah Ciliwung. Danasasmita menambahkan, hal yang sama juga terdpat pada deretan kios dekat simpang Jalan Siliwangi dengan Jalan Batutulis.. Di bagian ini, benteng itu bertemu dengan dengan benteng kota dalam yang membentang sampai Jero Kuta Wetan dan Dereded, Benteng luar berlanjut sepanjang puncak lereng Ciliwung, kemudian melewati komplek perkantoran PAM, lalu menyilang jalan raya Pajajaran. Pada perbatasan kota, benteng itu membelok lurus ke arah barat daya, menembus jalan Siliwangi dan terus mememanjang sampai kampung Lawang Gintung.
Di tempat yang terakhir ini, benteng tersebut bersambungan dengan puncak tebing Cipaku yang curam sampai lokasi yang kini dijadikan Stasiun Kereta Batutulis. Dari tempat ini, batas Pakuan membentang sepanjang jalur rel Kereta api yang menghubungkan Stasiun Bogor dengan Stasiun Sukabumi, melewati jembatan Bondongan sampai tebing Cipakancilan. Tebing sungai itu memisahkan ujung benteng pada tebing Kampung Cincau.
Akan tetapi, benteng yang kokoh bukanlah jaminan sebuah negara bisa tetap dipertahankan. Sejarah Kerajaan Sunda Pajajaran mewariskan pelajaran bergharga bagi para pengelola negara yang sedang berkuasa. Kerajaan ini mengalami kemunduran sepeninggal Sri Baduga, bukan hanya karena munculnya kekuatan baru dari Cirebon yang dibantu Demak dan Banten yang bercorak Islam. Kerajaan Cirebon dan Banten sebenarnya masih memiliki hubungan darah dengan Kerajaan Sunda Pajajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar