Rabu, 29 Februari 2012

MENYUSURI MATA RANTAI KRATON MATARAM : KOTAGEDE, KERTA, PLERET & KARTOSURO ( 4 )

Jika diurut mata rantai pada awal perkembangan hingga masa suramnya, jelas bisa ditarik kesimpulan bahwa sebuah kerajaan dan kekuasaan di dunia ini memiliki batas-batas tertentu dan tidak bersifat abadi. Mataram yang semula berupa hutan (Mentaok) dan dirintis pembangunanannya oleh Ki Gede Pemanahan pada awalnya hanya sebuah "Kabupaten" dibawah kekuasaan Kesultanan Pajang yang dikuasai oleh Sultan Hadiwijaya.
Rintisan Ki Gede Pemanahan berkembang pesat sejak dilanjutkan oleh putranya, Panembahan Senapati. Panembahan Senapati merupakan raja pertama Kraton Mataram yang berpusat di Kotagede. Kala itu kekuasaan Pajang sudah runtuh dan "wahyu" kraton telah berpindah ke bumi Mataram. Mataram dengan pusat pemerintahannya di Kotagede berkembang pesat menjadi kerajaan besar melanjutkan "tradisi" kebesaran kerajaan di tanah Jawa seperti Kediri, Singasari, Majapahit, Demak, dan Pajang.
Puncak kebesaran Mataram semakin nyata tatkala Sultan Agung Hanyokrokusumo bertahta dengan pusat pemerintahan di Kerta dan Pleret. Sampai sekarang peninggalan kebesaran Kraton Mataram, baik yang berpusat di Kotagede maupun Kerta-Pleret masih bisa dibuktikan. Kotagede sekarang ini merupakan wilayah kecamatan di Kodya Yogyakarta. Sedangkan Kerta-Pleret terletak di Kecamatan Pleret, Bantul, Yogyakarta. Sebagian peninggalan Kraton Mataram seperti Istana Kotagede, Masjid Kotagede, Makam Hastarenggo, Batu Gilang serta Batu Gateng, dan Pasar Kotagede masih bisa dilihat keberadaannya.
Sedangkan peninggalan di Kerta hanya berupa Ompak (Batu) karena dipindahkan ke Pleret. Sedangkan yang merupakan peninggalan Kraton Pleret berupa nama-nama dusun, pohon beringin, dan Sumur Gemuling. Mata rantai Kraton Mataram, dari Kotagede, Kerta, Pleret, dan Kartosuro memang bernilai sejarah tinggi. Meski tidak semua peninggalan bisa dilihat sekarang, karena sebagian telah musnah karena peperangan dan gempa bumi. (Haryadi)